Ketika Angin Tuntutan Berembus dari Forum Purnawirawan
"Penting bagi kita untuk selalu menjaga dialog yang baik, demi kemajuan bersama." — Ki Hajar Dewantara
Oleh Karnita
Pendahuluan
Ada saat-saat ketika angin perubahan bertiup dari tempat yang tak terduga — dari bilik-bilik pengalaman panjang, dari suara-suara tua yang dulu pernah menggenggam kekuasaan. Pada 27 April 2025, Kompas.com merilis laporan berjudul "Ini Respons Prabowo dan MPR soal Tuntutan Mencopot Gibran" yang mengangkat realitas ini ke permukaan. Sebuah forum yang beranggotakan ratusan purnawirawan TNI-Polri — di antaranya Jenderal (Purn) Fachrul Razi dan Jenderal (Purn) Try Sutrisno — melayangkan delapan tuntutan kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, salah satunya: meminta pencopotan Gibran Rakabuming Raka dari jabatan Wakil Presiden.
Respon dari Presiden Prabowo Subianto, yang disampaikan melalui Penasihat Khusus Bidang Politik dan Keamanan, Wiranto, menunjukkan kehati-hatian yang kentara. Prabowo memilih untuk menghormati aspirasi itu namun tetap menggarisbawahi batas-batas kewenangan eksekutif dalam bingkai trias politika. Sementara itu, Ketua MPR Ahmad Muzani berdiri tegas, mengingatkan bahwa Gibran adalah Wapres sah hasil Pilpres 2024 yang sudah dikukuhkan lewat proses demokrasi, verifikasi KPU, hingga putusan Mahkamah Konstitusi. Di tengah itu, pengamat politik Agung Baskoro menilai bahwa tuntutan pencopotan ini tidak memiliki urgensi konstitusional, apalagi di tengah pemerintahan yang baru saja mulai berlayar.
Tuntutan ini, meski terasa keras di telinga, memperlihatkan dinamika hubungan antara generasi lama dan generasi yang kini tengah memimpin. Ia adalah angin yang mesti dibaca, bukan sekadar ditiupkan pergi begitu saja. Ada kegelisahan di baliknya, ada harapan di dalamnya, dan tentu, ada pesan mendalam yang pantas direnungkan sebelum bangsa ini melangkah lebih jauh ke medan tantangan yang semakin kompleks.
Suara yang Tak Bisu di Senja Hari
Ada yang istimewa ketika para purnawirawan bersuara lantang. Mereka bukan sekadar sosok-sosok masa lalu; mereka adalah saksi sejarah, pengukir tapak awal republik ini bertumbuh. Ketika suara mereka menggema dalam forum terbuka, bukan hanya nostalgia yang berbisik, tetapi juga kegelisahan tentang masa depan bangsa.
Forum Purnawirawan, yang melibatkan nama-nama besar seperti Try Sutrisno dan Fachrul Razi, seolah mengingatkan kita bahwa usia tidak pernah membungkam rasa tanggung jawab pada negeri. Ada daya hidup dalam setiap pernyataan mereka — semangat untuk tetap menjaga republik agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama. Tuntutan mereka, meski keras, lahir dari tempat yang penuh kepedulian.