2. Dongeng Sebelum Bercinta
Seorang pria mengisahkan dongeng pada kekasihnya menjelang hubungan intim. Cerita yang ia bawakan bukan kisah manis, melainkan alegori kekuasaan, kekerasan, dan perlawanan. Dongeng itu berlapis, mengaburkan batas antara cerita dan kenyataan, antara cinta dan dendam.
Saat narasi dongeng semakin gelap, ketegangan antara keduanya ikut meningkat. Kekasih si pria tak lagi yakin apakah ini hanyalah pengantar bercinta atau justru pembongkaran luka batin terdalam. Cerita berubah menjadi semacam pengakuan, dan momen intim pun menjadi panggung kritik sosial.
Melalui kisah ini, Eka Kurniawan menyentil bahwa bahkan dalam ruang-ruang personal, ideologi dan kekuasaan menyelinap. Seksualitas menjadi ladang tafsir sosial yang rumit---ia bisa memelihara cinta, tapi juga menyimpan luka sejarah yang tak selesai.
3. Corat-Coret di Toilet
Mahasiswa-mahasiswa dalam cerpen ini mengekspresikan keresahan sosial-politik mereka lewat coretan di toilet kampus. Toilet berubah menjadi medium perlawanan, tempat paling jujur menyuarakan kritik, karena ruang publik tak lagi aman bagi kejujuran.
Ketika pihak kampus membersihkan coretan, muncul coretan baru yang lebih liar. Konflik pun berkembang antara mahasiswa, penguasa kampus, dan bahkan sesama penulis anonim. Kebebasan berekspresi dan represi saling membentur dalam ruang sempit bernama WC.
Cerpen ini kuat merepresentasikan kondisi bangsa ketika suara-suara muda dibungkam. Ia mengingatkan kita: bahkan jika mikrofon disita, tembok dan pintu toilet pun bisa bicara. Sebuah metafora tajam untuk zaman ketika suara-suara kebenaran hanya bisa bersembunyi di balik pintu kamar kecil.
4. Teman Kencan
Kisah ini berpusat pada seorang lelaki kesepian yang menyewa seorang perempuan untuk menemaninya berjalan-jalan. Bukan seks yang dicarinya, melainkan kehangatan dalam bentuk yang paling sederhana: ditemani, didengar, dan dipahami.
Seiring waktu, relasi mereka menjadi lebih dalam. Namun, batas antara ketulusan dan transaksional menjadi kabur. Ketika perasaan mulai tumbuh, kenyataan sosial---termasuk latar pekerjaan dan kesenjangan emosi---membenturkan mereka pada batas-batas kenyataan.