Persaingan dengan pasar modern semakin ketat, tetapi interaksi hangat antara pedagang dan pembeli tetap menjadi daya tarik tersendiri. Seni tawar-menawar dan kesempatan mendapat bonus membuat pasar ini tetap menjadi denyut ekonomi rakyat. Kesederhanaan inilah yang membuat pasar tradisional tetap bertahan.
Pasar Batujajar Sore-Malam Hari
Menjelang sore, kios mulai tutup, tetapi pedagang kaki lima mulai berdatangan. Aroma sate, martabak, dan roti bakar memenuhi udara. "Kalau sore begini, roti bakar saya pasti laris," ujar seorang pedagang. Pelanggan mulai berdatangan menikmati jajanan khas pasar.
Di bawah temaram lampu jalan, kuliner khas pasar semakin menggoda. Pembeli menikmati hidangan sebelum pulang, menjadikan pasar ini tak pernah benar-benar tidur. Kehangatan suasana terasa di setiap sudut pasar saat malam tiba.
Tradisi Menjelang Lebaran: Berbelanja sebagai Ritual
Menjelang Lebaran, pasar menjadi lautan manusia. "Dari kecil, saya selalu diajak ibu ke pasar sebelum Lebaran. Kalau nggak, rasanya ada yang kurang," ujar seorang pembeli. Keramaian menjadi bagian dari tradisi yang terus berulang.
Bagi pedagang, ini puncak rezeki tahunan. "Omzet bisa naik tiga kali lipat!" ujar penjual kue kering. Belanja bukan sekadar kebutuhan, tetapi ritual tahunan yang penuh nostalgia, menghubungkan generasi dengan tradisi. Pasar menjadi saksi perjalanan hidup banyak keluarga.
Harapan untuk Pasar Batujajar: Modernisasi Tanpa Kehilangan Identitas
"Pasar tradisional adalah nadi kehidupan masyarakat kecil. Jika pasar mati, maka banyak harapan pun ikut mati." – Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), budayawan Indonesia.