Saat sampai di ruang tunggu saya hanya tertegun karena saya memang tidak mempersiapkan apa-apa. Tidur bahkan hanya sekedar duduk di lantai tanpa alas dengan suhu di ruangan yang begitu rendah tidak akan bisa saya lakukan.
Saya berjalan mencari mushola anehnya kosong padahal keluarga pasien sangat, lalu saya masuk dan berniat istirahat pikir saya ada juga tempat dengan alas karpet tebal jadi saya bisa rebahan di sana.
Belum sampai saya rebahan saya melihat ada tulisan di dinding yang bertuliskan di larang tidur di mushola saya jadi tahu kenapa tidak ada yang istirahat di sana.
Tapi saya bingung mau istirahat dimana akhirnya saya memutuskan untuk duduk saja tidak rebahan di mushola mudah-mudahan diijinkan.
Lama-lama kondisi saya lelah juga akhirnya saya rebahan dengan siap segala resiko yang akan diterima kalau sampai ketahuan oleh pengurus atau satpam yang berjaga.
Saat rebahan itu saya sangat berharap ada orang yang menawarkan tempat untuk rebahan di alas tempat tidurnya agar saya tidak sampai diusir atau dimarahi karena tidur di mushola. Tapi karena tengah malah tidak ada orang yang terbangun dan alas tidur keluarga pasien dipakai semua.
Karena tidak enak hati akhirnya saya keluar dan berkeliling mencari tempat, sekali lagi saya berharap ada yang memanggil saya untuk ikut istirahat di alas tidurnya tetapi masih tetap tidak ada karena saat itu sekitar jam 02.00 dini hari dan semua tertidur pulas.
Ketika awal Oktober kemarin saya kembali ke rumah sakit karena suami harus dilakukan tindakan pada jantungnya saya sudah mempersiapkan diri termasuk peralatan untuk tidur di ruang tunggu jika suami masuk ruang intermediet lagi.
Ternyata betul suami dimasukkan bukan ke ruang perawatan setelah dilakukan operasi tetapi ke ruang intermediet, karena saya sudah mempersiapkan diri kali ini saya tidak akan bingung rebahan dimana karena saya sengaja membawa tikar yang besar.
Saat tikar digelar bisa digunakan untuk sekitar 6 orang. Jadi saat tidur saya bisa mengajak siapapun yang posisinya sama seperti saya waktu Agustus lalu.
Saya mencari-cari orang yang duduk tanpa alas, yang menyambut ajakan saya ada dua orang, Â satu dari Bandung, yang satu dari Kalimantan.