Mohon tunggu...
Tiara Karina Pandiangan
Tiara Karina Pandiangan Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMAN 28 Jakarta

in Saus und Braus leben

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Cerpen: Jurnal, Waltz, dan Perbukitan Manchuria

26 November 2020   11:24 Diperbarui: 26 November 2020   12:13 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DOR! DOR! DOR!
"BANZAAAAAIIII!!!!"
"URAAAAA!!!!"

Viktor dan Igor berlari bersama, menghindari mayat-mayat yang tergeletak di tanah, sesekali tersandung. Viktor yang hampir menyerah terus diseret-seret oleh Igor yang berlari ke arah parit Jepang.

"Astaga, Viktor! Cepatlah! Kita sudah mau sampai!" Teriak Igor sedikit kesal dengan sikap Viktor. Semangat membara Viktor telah padam saat ia melihat banyaknya mayat yang tergeletak kemarin setelah mereka mendobrak kepungan resimen Jepang. Ia melirik gelang pemberian Akari yang telah ternoda oleh darah, dan hal kecil itu menambah semangatnya lagi. 'Setelah konflik ini berakhir, aku akan bertemu Akari,' pikirnya.

Sambil berlari, Viktor mengisi amunisinya, dan menembak-nembak prajurit Jepang yang lewat, seringkali menghindari tembakan mereka juga. Sebuah peluru meleset ke bahu Viktor, tetapi ia tidak memperdulikannya. 

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di parit bersama dengan prajurit lainnya, lalu mereka bertarung lagi, membunuh-bunuh prajurit Jepang tanpa ampun, dengan cara apapun yang cepat.

Dan bukanlah salib yang berdiri di atas bukit,
Dan bukanlah granit yang melindungi kedamaianmu,

Viktor dan Igor yang tidak pernah berpisah pun tiba-tiba berhadapan dengan seseorang yang mereka kenal. Seseorang yang mereka tak sangka akan berada di depan mereka. Viktor yang tadinya akan menembaknya pun malah dengan pelan menurunkan senapannya, dan orang itu juga menurunkan katananya. Rasa tidak percaya meliputi mereka, dan ketiga orang itu diam saja, tidak ada yang melakukan gerakan untuk menyerang.

"A... Akihiko?" Ucap Viktor tidak percaya saat ia memandang orang yang familiar itu.

"Vi-Viktor? Igor? K-kalian..."

"Akihiko, aku tidak menyangka-"

"Hei, kalian..." Prajurit Jepang itu menurunkan katanya, suaranya bergetar, "Lama tidak bertemu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun