Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Di Balik Merajalelanya TikTok

28 Agustus 2020   18:46 Diperbarui: 29 Agustus 2020   09:51 2272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Kon Karampelas on Unsplash (Unsplash.com/@konkarampelas)

Pada mulanya, upaya ByteDance untuk memperluas pasar aplikasi video pendek seperti Douyin dengan memperkenalkan TikTok belum membuahkan hasil yang maksimal. 

Amerika Serikat menjadi salah satu pasar yang sangat sulit untuk ditembus. Tetapi setelah merging antara TikTok dan Musical.ly dieksekusi pada 2018, TikTok berhasil menerobos negeri paman Sam dengan memindahkan 18 juta pengguna aktif Musical.ly di Amerika Serikat ke aplikasinya. 

Aksi ini menjadi katalis ampuh pertumbuhan TikTok. Angka pengunduhan bulanan TikTok benar-benar terlempar jauh dan bahkan berhasil melampaui angka pengunduhan bulanan raksasa media sosial seperti Facebook, Instagram, Youtube, dan Snapchat per September 2018.

Strategi merging ini membuka gerbang bagi TikTok untuk menguasai Amerika Serikat. Penetrasi ke dalam pasar negara adidaya ini begitu penting karena Amerika Serikat masih menjadi poros budaya populer dunia dengan 300 juta penduduknya dan leverage sebagai negara berbahasa Inggris yang mampu menjangkau lebih dari dua miliar English-speakers di dunia. Ketika sesuatu sedang marak di Amerika Serikat, seluruh dunia langsung mengetahuinya. 

Hal itu nampaknya juga telah dibingkai dalam teori. Ekonom Ragnar Nurkse (1953) menyatakan bahwa ketika orang-orang terekspos akan suatu produk atau way of living yang baru, mereka akan merasakan ketidakbahagiaan dan ketidakpuasan atas way of living mereka yang lama. Akan tercipta keinginan baru untuk mencoba produk baru ini, apalagi bila produk tersebut dinilai sebagai sesuatu yang superior. 

Ini memang merupakan suatu kenyataan yang menyedihkan. Tetapi realitanya masih banyak masyarakat di berbagai belahan dunia yang mengagungkan segala hal yang berbau kebarat-baratan. Itulah mengapa TikTok yang booming di Amerika Serikat segera disusul dengan boom di banyak negara lain. 

Efek ini terus teramplifikasi dengan menyebarnya demam TikTok di komunitas-komunitas sekitar kita. Sederhananya, merajalelanya TikTok terjadi karena semua orang merasa bahwa semua orang menggunakannya. 

Semua dapat berkarya, semua dapat dilihat
Mengedit video itu bukanlah perkara mudah. Diperlukan kecakapan tinggi dan usaha yang besar untuk memproduksi video-video yang menarik. Tetapi lahirnya aplikasi-aplikasi video editing yang bersifat user-friendly di smartphone mendatangkan jawaban bagi masalah high-barrier untuk menghasilkan video apik. 

Memang tidak dapat dimungkiri bahwa kualitas video yang dihasilkan pasti berbeda. Tapi dengan usaha dan keterampilan minim, masyarakat awam kini dapat dengan mudah menjadi seorang kreator video. 

TikTok berhasil menjadi tempat bagi semua orang untuk membuat dan membagikan video pendek mereka. Durasi maksimal video di ambang 60 detik menjadi kesegaran tersendiri bagi kreator karena mereka tidak harus memikirkan alur yang panjang selayaknya video di Youtube. 

Alat untuk mengedit pun tersedia dengan melimpah: green screen, background music, dan berbagai efek unik lainnya. Pengguna juga tidak selalu dituntut untuk memiliki ide video yang cemerlang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun