Oleh: Rohmanudin
Cinta sejati dapat diartikan sebagai perasaan yang tulus datang dari hati paling dalam. Cinta merupakan salah satu istilah yang sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak semua orang benar-benar memahami apa itu arti cinta sebenarnya, setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang arti cinta yang sebenarnya. Berbicara cinta, artinya berbicara sesuatu yang tidak akan pernah habis untuk dibahas.
Perasaan cinta merupakan fitrah manusia sebagai makhluk yang berakal dan berperasaan. Namun, dalam Islam, cinta kepada Allah merupakan tujuan tertinggi dalam hidup manusia. Sejarah cinta pertama dan romansa didalamnya sudah ada sejak manusia pertama di Bumi: Nabi Adam A.s dan Siti Hawa. Kisah cinta mereka di rekam dalam Ayat Al-Qur’an.
Dalam era globalisasi sekarang, generasi milenial punya segudang cerita, dan segudang cara untuk mendefinisikan cinta menurut bahasa yang mereka alami sesuai kadar pemahaman dan pengalamanya. Maka penting bagi kita untuk memahami arti cinta agar kita tidak terbawa arus dan tak tergelincir ketika merasakan gejalanya. Agar kita tidak tersesat ke dalam arus dan pusaran yang memilih kita dalam kebimbangan. Akibatnya, kita disibukkan oleh suasana hati yang kacau dan melupakan Allah swt. Padahal dari Allah-lah sebenarnya rasa cinta murni itu berasal.
Ayat Al-Quran Tentang Cinta
- Surat Al Imran ayat 14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya: "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Al Imran ayat 14).
Dalam tafsir Quraish Shihah ayat ini menjelaskan tentang: Manusia dijadikan firtahnya cinta kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu wanita, anak-anak, emas dan perak yang banyak, kuda bagus yang didengarkan, binatang ternak, seperti unta, sapid an domba. Kecintaan itu juga tercermin pada sawah lading yang luas. Akan tetapi semua itu adalah kesenangan hidup di dunia yang fana. Tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kemurahan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya ketika kembali kepada-Nya di akhirat nanti.
- Surat Ali Imran ayat 31
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Diriwayatkan oleh mayoritas mufassir bahwa ayat ini turun merespon ucapan delegasi Kristen Najran yang menyatakan bahwa pengagungan mereka terhadap ‘Isa as. adalah pengejewantahan dari cinta kepada Allah. Riwayat lain menyatakan bahwa ayat ini turun merespon ucapan sementara kaum muslimin yang mengaku cinta kepada Allah.
Orang yang mengaku dirinya cinta kepada Allah swt sebagaimana dikatakan Ibn Katsir dalam Tafsir Al-Quran al-Adzhim, sedangkan perilakunya, tutur katanya, sikapnya dan sepak terjangnya bukan pada jalan yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad Saw, sesungguhnya dia adalah orang yang dusta dalam pengakuannya. Sebagaimana tersebut dalam hadis sahih, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa yang melakukan suatu amal perbuatan yang bukan termasuk tuntunan kami, maka amalnya itu ditolak.
Sedangkan, Ibn ‘Arafah sebagaimana dikutip al-Qurtuby dalam al-Jami’ li Ahkam Al-Quran menjelaskan makna kecintaan dalam perspektif orang Arab. Kecintaan menurut orang Arab adalah melakukan sesuatu untuk menggapai apa yang diinginkan. Sedangkan al-Azhari memaknai kecintaan seorang hamba kepada Allah dan rasul-Nya dengan melakukan ketaatan kepada keduanya dan mengikuti segala apa yang diperintahkan oleh keduanya (Allah dan Rasul-Nya). Adapun maksud kecintaan Allah kepada hamba-Nya adalah pemberian ampunan (maghfirah) kepada mereka.
Senada dengan al-Qurtuby, Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, mengemukakan maksud cinta Allah kepada hamba-Nya, oleh pakar-pakar al-Qur’an dan sunnah dipahami sebagai limpahan kebajikan dan anugerah-Nya. Anugerah Allah tidak terbatas, karena itu limpahan karunia-Nya pun tak terbatas (unlimited). Limpahan karunia-Nya Dia sesuaikan dengan kadar cinta manusia kepada-Nya. Namun, minimal adalah pengampunan dosa-dosa serta curahan rahmat.
Cinta dalam Pandangan Islam
Islam memurnikan cinta dengan lembut menyentuh hati manusia.
Seorang tokoh sufi yang sangat terkenal imam al-Ghazali dalam merespon masalah cinta ini mengatakan: "Cinta kepada Allah adalah puncak dari segala cinta. Cinta kepada-Nya adalah cinta yang hakiki dan abadi, sementara cinta kepada selain-Nya adalah cinta yang bersifat sementara dan fana."
Al-Jahizh dalam bukunya yang berjudul An-Nisa' (Perempuan), melukiskan cinta sebagai perasaan yang ditunjang oleh nalar. Ia jauh dari permainan.
Sementara Ibnu Sina menilai cinta sebagai penyakit. Dalam bukunya, Al-Qanun fiat-Thibb, filsuf dan dokter ini menguraikan gejala-gejalanya antara lain: "Hati si pencinta selalu bergejolak, tidak stabil, sekali senang sekali susah, sekali tertawa dan di kali lain menangis”
Merangkum buku Bingkai Kasih Khazanah Jiwa karangan Kazuhana El Ratna Mida (2016: 13), arti cinta menurut Islam adalah limpahan kasih sayang Allah SWT kepada seluruh makhluknya. Sehingga, Allah menciptakan manusia dan isinya dengan segala kesempurnaan.
Ibnu Hazm juga mengakui bahwa cinta adalah penyakit yang keras tapi mengandung obatnya selama sesuai dengan kaidah interaksi dengannya. Cinta adalah penyakit yang diidamkan tapi tidak dikehendaki kesembuhannya. Si pencinta tidak juga ingin siuman darinya. Cinta memperindah apa yang tadinya buruk di mata pencinta dan mempermudah apa yang tadinya berat baginya.
Hikmah Cinta
Imam Ali bin Abi Thalib RA. Sebagai salah seorang khalifah pengganti Rasulullah SAW. Dalam salah satu kesempatan pernah menyampaikan peranan hati dan cinta sebagai penerang dalam kehidupan:
عَلِيّ بن أَبِي طَالِب: "المَحَبَّةُ لِلَّهِ هِيَ حَيَاةٌ لِلْقُلُوبِ وَنُورٌ لِلأَرْوَاحِ"
Ali bin Abi Thalib berkata, "Cinta kepada Allah adalah kehidupan bagi hati dan cahaya bagi jiwa."
Dengan mencintai pasangan sebagai bagian dari cinta kepada Allah, cinta mereka akan menjadi sumber kehidupan dan cahaya bagi jiwa mereka. Cinta adalah anugerah yang sangat besar yang di berikan Allah kepada manusia.
Selain itu, cinta manusia kepada Allah, menurut Shihab, adalah suatu kualitas yang mengejewantah pada diri seorang yang beriman sehingga menghasilkan ketaatan kepada-Nya, penghormatan dan pengangungan, dan dengan demikian dia mementingkan-Nya dari selain-Nya. Dia menjadi tidak sabar dan resah untuk tidak memandang dan memenuhi kehendak-Nya, dia tidak bisa tenang bersama yang lain kecuali bila bersama-Nya, dia tidak menyebut yang lain kecuali mengingat-Nya pula, dan puncak kenikmatan yang dikecupnya adalah ketika menyebut-nyebut (berzikir) sambil memandang keindahan dan kebesaran-Nya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI