Mohon tunggu...
Jaja Zarkasyi
Jaja Zarkasyi Mohon Tunggu... Penulis - Saya suka jalan-jalan, menulis dan minum teh

Traveller, penulis dan editor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Pulang untuk Farah (Bag. II)

17 Juni 2019   15:56 Diperbarui: 17 Juni 2019   16:57 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Harapan itu perlahan mulai membumbung, tak seperti biasanya. Rasanya semakin dekat dengan jalan pulang yang diceritakan temen-temen waktu itu. Benar saja, di luar ada banyak pilihan laki-laki baik. Mungkin karena selama ini aku mengurung diri makanya tak tahu keberadaannya.

Aku begitu semangat memperbaiki segalanya. Mulai dari niat, mental hingga penampilan. Aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, belum tentu datang dua kali. Setiap kali kami bertemu, selalu saja tumbuh satu harapan dan cita-cita baru, di samping rencana kehidupan yang sangat menyemangatiku.

Aku teringat nasihat Rina, sahabat yang telah lama bersamaku dan kini  hidupan bersama pilihan hatinya, bahwa hidup yang singkat ini penuh dengan teka teki. Dan setiap kita akan berjumpa dengan cerita hidup yang tak terbayangkan sebelumnya.

Dua bulan berlalu, Rana harus kembali ke kampung halamannya. Ia berencana memperkenalkanku kepada orang tuanya. Namun sebelumnya ia akan menyampaikan dulu rencananya itu.

Di sini aku menunggu kabarnya. Dengan penuh harapan.

Waktu berjalan terasa melambat. Bunga di taman enggan menampakkan kemilaunya. Suara burung yang biasanya ramai menyambut pagi, tak kunjung bernyanyi seperti pagi-pagi sebelumnya. Dan kehidupan mulai menampakkan wajah aslinya: munafik!!!

Hari berganti hari, minggu pun berganti, dan kini bulan ikut berganti. Rana tak kunjung menampakkan kabarnya. Entah, nomor HP-nya tak bisa kutelpon. Mungkinkah tak ada signal? Entahlah. Aku masih bertahan dalam prasangka baik.

Aku mulai mulai jenuh menunggu kabarnya. Pilihanku untuk bersabar menunggu kabarnya atau kutinggalkan saja janji itu, sama-sama berat. Aku sudah terlanjur cinta, sementara Rana tak hanya memberinya cinta, namun juga ketulusan.

"Far, aku malam ini ke kosanmu ya. Ada amanat yang harus aku sampaikan"

Widni, sahabat seperjuangan untuk hijrah, mengirimkan sebuah pesan memintanya bertemu. Farah dengan senang hati menyambut kedatangannya. Widni tampak begitu hangat disambut Farah. Keduanya berpelukan.

Tapi ada yang aneh dengan tatapan Widni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun