Mohon tunggu...
Jaja Zarkasyi
Jaja Zarkasyi Mohon Tunggu... Penulis - Saya suka jalan-jalan, menulis dan minum teh

Traveller, penulis dan editor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maaf, Apa Agama Anda?

9 Januari 2017   11:40 Diperbarui: 9 Januari 2017   11:46 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perjalanan itu sangat panjang bagi saya. Tapi harus dijalani. Untuk setiap langkah, saya berusaha menemaninya dengan sepenuh hati. Karena itulah saya begitu menikmati penerbangan 8 jam Jakarta-Doha. 3 tahun yang lalu. Saya pun terbayang betapa BETE. Mungkin saja. Meski ternyata saya salah. Sejak terbang hingga mendarat, rasa lelah dan bosan tak sempat merusak moodyang harus saya jaga saat mendarat dan memimpin delegasi Indonesia.

Take Off dari Sukarno Hatta dengan Qatar Airways, perjalanan saya begitu dimanjakan. Baru mengudara 30 menit, saya segera membuka daftar lagu yang terpajang di deretan MP3. Sebuah earphonetak lupa saya pasang di kedua telinga. Dan mulailah jemari ini berselancar membuka daftar lagu yang sengaja disajikan bagi para penumpang.

Jari ini pun berhenti saat sebuah lagu nampak membuat perhatian saya berhenti sejenak. Adele. Siapa yang tak mengenalnya? Meski saya bukanlah penikmat lagu sungguhan, hanya sekedar sambil lewat saja, lagu-lagu Adele tentu begitu saya nikmati. Dengan Hits someone like you,saya pun memulai menikmati perjalanan panjang ini dengan rileks.

Hampir 1 jam mengikuti lirik-lirik Adele, saya pun kembali memilih daftar lagu lainnya yang tak kalah menarik pehatian. Evanesence. Lagu Helloadalah favorite saya. Entah, mungkin saja saya salah. Emmy Lee begitu mendalam saat membawakan lagu-lagunya, khususnya hello.Karena itulah saya pun ikut larut dalam bait-bait lagunya.

Saat mengudara di atas Selat Colombo, saya pun bertemu dengan Greenday. Ya, saya suka sekali dengan lagi American Idiot. Hentakan drum dan petikan bass ya cukup membuat emosi ini terhentak berkali-kali. Saat puncak itu pun ditutup dengn lagi Wake Me Up when september end.

Saya bukanlah kritikus musik. Karena itulah tak bisa saya menggambarkan kualitas sebuah lagu. Saya hanya bisa menikmatinya.

Saat saya memilih lagu-lagu Adele, Evanesence, Greenday atau lainnya, mengapa saya tak bertanya: Maaf, apa agama mereka? Entahlah. Saya juga tak terlalu paham. Saya hanya menikmati karya-karya mereka yang begitu indah untuk didengarkan sambil diresapi. Mungkin inilah yang dinamakan dengan universalitas musik, bisa dinikmati dan diterima oleh siapapun, tanpa batas agama, ras dan bangsa. Selama itu nyaman didengar dan memberi ketenangan, selama itulah lagu itu akan diputar, meski sang pelantun memiliki perbedaan keyakinan dengan saya.

**

Periode 2001-2003 saya masih sebagai mahasiswa. Di Ciputat. Tetanggaan dengan UMY di Cirendeu dan IIQ. Tepat di pintu masuk, kami biasa berkumpul sekedar bermain musik atau tempat kumpul sebelum berangkat demonstrasi. Sebuah telepon koin berada di pojok masuk kampus, sedikit kotor dengan coretan cat dan spidol. Hanya itu alat komunikais yang modern sata itu. Meski sepertinya Telkom selalu merugi. Entahlah. Semoga saya salah menilai.

Ketika pertama kali mengenal Handphone, hanya mengenal belum sanggup membeli, Siemen T-100. Hanya orang-orang dengan kantong tebel yang sanggup membelinya. Bayangkan saja, harga sebuah kartu HP saat itu berkisar Rp. 400.000. itu belum tarif pulsa dan roamingdengan pilihan operator yang terbatas.SMS saat itu layanan yang modern, satu tingkat di atas telpon koin. Dan mulailah telpon koin ditinggalkan, meski belum sepenuhnya dilupakan. Masih sesekali saya menggunakannya.

Saya tidak terlalu ingat perkembangan dan kemajuan produk-produk HP. Sekali lagi saya bukan pemerhati teknologi. Biarlah itu tugasnya para mahasiswa jurusan Informatika atau komunikasi untuk membedahnya.  

Saya hanya ingat, kejayaan SMS mulai tergeser saat androidmulai hadir dengan berbagai fitur media sosial seperti FB, Line, Whatsapp, Twitter, Instagram, lain-lain. Inilah era media sosial. Bersamaan itu mulailah menghilang kelompok-kelompok diskusi di pojok-pojok kampus UIN yang biasa ramai oleh anak-anak ushuluddin yang berdebat tentang otentistisitas hadits, tafsir liberal atau gerakan dakwah temen-temen LDK. Secara tak sadar tempat berkumpul itu pindah ke Media sosial, FB, Twitter, Instagram.

Mungkin sangat langka sata ini untuk menjumpai tempat-tempat diskusi. Sebuah kemunduran? Tentu perspektif yang dapat menjawabnya. Saya tidak dalam kapasitas menilai.

Setiap produk teknologi yang lahir, saya pun tak sempat bertanya: pembuatnya ini seiman nggaya? FB, Twitter, Line, Whatsapp, apakah para pendirinya seagama dengan saya? Entahlah. Lagi-lagi saya tak mengerti mengapa saya tak mempertanyakan keimanan mereka. Saya lebih memilih menikmati hasil karya mereka untuk berbuat yang terbaik bagi kehidupan saya. Itu saja.

**

Mekkah dan Madinah. Berapa ribu tulisan yang telah mengupas keindahan keduanya? Berapa pengalaman spiritual yang telah di-sharetentang kedua kota suci ini? Banyak. Kalau dibukukan, mungkin gramedia tak cukup menampungnya. Intinya banyak sekali kebaikan di kedua kota suci ini. Dan saya pun selalu merindu untuk hadir disana.

Tapi tahukah, tepat di salah satu pintu masuk, ada Gerai KFC yang selalu jadi destinasisaya saat lidah ini tak lagi mau menerima masakan Arab. Hampir setiap waktu penuh dengan para pemesan. Saya pun diajari untuk mengantri. Aroma ayam goreng dan kentangnya mengalahkan rasa lelah hanya untuk mengantre.

Saya tahu KFC itu produk Amrik. Tapi meski sangat dekat dengan tempat suci, saya tak sempat bertanya: mengapa produk amrik bisa masuk Mekkah? Apakah pemiliknya sudah masuk Islam? entahlah. Saya ga sempat bertanya.

Perjalanan Mekkah-Madinah bisa ditempuh dalam 6 jam. Jalanannya lurus dan beraspal. Sepanjang perjalanan gerasang dan hanya gunung batu dan hamparan padang pasir. Sudah banyak yang mengupasnya. Saya tak perlu menambahkan.

Bus yang saya tumpangi itu produk China, bus 1 lagi buatan Jerman. Begitu saya lihat dari Merk yang ada di body keduanya. Semoga saya tak salah membaca. Suspensinya nyaman. AC cukup dingin, mampu meredam panasnya cuaca yang hampir menyentuh angka 40 derajat. Kursi didesain cukup nyaman  dan empuk.Alhamdulillah, saya bisa memejamkan mata beristirahat.

Upss. Saya pun lupa bertanya: Maaf, ini bus buatan siapa ya? Pembuatnya beragama apa ya? Lagi-lagi ga sempat, kang mas. Saya hanya menikmati saja. Sepertinya saya tak peduli, sepanjang itu nyaman mengapa harus saya tanyakan?

**

Ada banyak hal yang mempertemukan antar iman di kehidupan ini. Sepakbola. Musik. Teknologi. Konservasi alam. Seni. Dan lainnya. Semua itu terangkum dalam satu kata: kebaikan. Kebaikan memperkuat relasi sosial antar iman, bersanding berdampingan tanpa risau imannya tereduksi meski di kanan dan kirinya bukanlah orang seiman. Kebaikan itu bernama musik, sepakbola, teknologi. De el el.

Kebaikan itu tak bisa ditolak hanya karena pembuatnya berbeda keyakinan. Jika agama menempatkan “iman” alasan untuk menolak kebaikan orang lain yang berebeda iman, niscaya Madinah takkan masyhur sebagai ideal type of society.

Jika dihitung, air laut pun takkan cukup menjadi tinta untuk menulis daftar pertemuan antar iman di kehidupan ini.

Kita berbeda. Dan tak mungkin seragam. Itu keniscayaan hidup. Bahkan dua orang kembar sekalipun tak pernah bisa memiliki kesamaan pandangan tentang nilai kecantikan seorang gadis. Dan perbedaan itu semakin menebal saat masing-masing kita berbeda dalam membaca, mengalami dan menginternalisasi nilai-nilai kehidupan.

Saya belajar dari musik. Menerima kebaikan orang lain tanpa sempat bertanya apa agamanya. Dan iman saya takkan tergadai hanya karena menerima kebaikan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun