Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan terbesar dan tertua di Indonesia. Didirikan pada tahun 1954, GMNI berlandaskan pada Ideologi Marhaenisme yang digagas oleh Bung Karno. Sebagai organisasi yang memperjuangkan keadilan sosial, kemerdekaan, dan kedaulatan rakyat, GMNI memerlukan panduan ideologis yang kuat.Â
Salah satu konsep penting dalam ajaran Marhaenisme adalah "Yudya Pratidina Marhaenis" yang dicetuskan Pada 30 November 1966. Dalam konteks perjuangan GMNI Cabang Bandung, relevansi konsep ini menjadi sangat penting untuk menavigasi tantangan kontemporer dan menjaga kesinambungan perjuangan.
Â
Yudya Pratidina Marhaenis (YPM): Definisi dan Makna
"Yudya Pratidina Marhaenis" secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "Rakyat Marhaen Dan MARHAENIS Berjuang Terus." Konsep ini menekankan pentingnya konsistensi dalam memperjuangkan nilai-nilai Marhaenisme setiap hari. Bagi seorang Marhaen, perjuangan tidak hanya terjadi dalam momen-momen besar atau krisis nasional, tetapi juga dalam tindakan sehari-hari yang mencerminkan kepedulian terhadap rakyat kecil, keadilan sosial, dan kedaulatan bangsa.
Makna dari Yudya Pratidina Marhaenis adalah bahwa setiap anggota GMNI harus menjadi agen perubahan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini mencakup berbagai aspek, mulai dari tindakan kecil seperti membantu sesama mahasiswa yang kesulitan, hingga keterlibatan dalam gerakan sosial yang lebih besar.
Relevansi bagi GMNI Cabang Bandung
1. Konsistensi dalam Perjuangan
  GMNI Cabang Bandung, sebagai bagian dari gerakan nasional, harus menerapkan prinsip Yudya Pratidina Marhaenis dengan konsisten dan Radikal. Konsistensi ini menciptakan integritas dan kepercayaan di mata masyarakat. Dengan terus-menerus berkomitmen pada perjuangan rakyat marhaen, GMNI dapat menjadi teladan bagi organisasi lain dan masyarakat umum.
2. Pemberdayaan Mahasiswa