Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Book

Catatan Kecil Aidit tentang Rakyat Kecil

16 Januari 2024   11:23 Diperbarui: 16 Januari 2024   11:27 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

3.) Tempat Mundur Apabila Terpukul Di Kota-Kota;

4.) Pangkalan Untuk Melakukan Serangan-Serangan Dan Merebut Kembali Kota.

selain itu kaum tani merupakan angka mayoritas tumbuh dan berkembang di Indonesia, yang mendapatkan perlakuan tidak adil dari elit-elit desa dan sebagainya. hal ini pula yang mendorong Aidit dan PKI melakukan konsolidasi terhadap kaum tani sekaligus mencari massa untuk memperbesar partai.

ada dua tipe tani menurut Aidit, yakni tani kaya dan buruh tani miskin. tani kaya menurutnya dalah petani yang memiliki modal besar dan punya ladang sendiri dan penghasilannya tergantung si punya tanah. para kader partai yang ditugaskan umtuk menginap dan meneliti kaum tani miskin. hal ini menurut Aidit dikarenakan kaum tani miskinlah yang harus menjadi fokus perhatian. seperti prinsip yang PKI tanamkan pada setiap kadernya yakni 3 SAMA, sama makan-sama kerja-sama tidur. dari penelitian yang mereka dapatkan belum sepenuhnya berprinsip 3 SAMA ini terwujud. masih ada ketimpangan-ketimpangan yang terjadi pada kaum tani. ditahun tersebut.

selain meneliti, tugas para kader yang TURBA (Turun ke Bawah) ke tingkat-tingkat desa di Jawa Barat adalah untuk mencari massa dan menyusun kader kader baru. Aidit mengklaim kekuatan massa petani menjadi yang terbesar waktu itu. dijelaskan pada tahun 1953, ketika Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Rukun Tani Indonesia (RTI) berfusi seluruhnya hanya 400.000 anggota, dan pada tahun 1964 kuat menjadi 7 Juta anggota BTI. ini merupakan jumlah yang sangat besar bagi massa sebuah partai di era itu. inipula yang menjadikan PKI sebagai Parpol yang ditakuti lawan-lawannya.

keresahan-keresahan akan kehidupan petani tergambarkan dengan sangat jelas pada  bahasa di buku ini. Kemarahan, kekecewaan, kesedihan juga disampaikan didalamnya. Aidit menjelaskan betapa koperasi yang dahulu dicanangkan Bung Hatta agar menjadi solusi perekonomian rakyat miskin. pada realitanya dari penelitan yang mereka lakukan ditemui koperasi-koperasi tersebut dibajak oleh segelintir orang. mereka menyebutnya sebagai elit-elit desa. kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dari koperasi tersebut, disebut-sebut sanagt menyeleweng dari Prinsip-Prinsip Koperasi. 


walaupun berisi tentang gambaran situasi yang tidak nyaman bagi para petani miskin di Jabar ketika itu, dan ini juga mungkin salah satu upaya PKI untuk menarik massa, tidak bisa dipungkiri bahwa riset mengenai kondisi sosial dan metode yang digunakan oleh Aidit dan Partainya Sangat Jarang sekali. seperti yang disebut oleh sejarawan Ruth McVey, bahwa PKI mengutamakan pendidikan politik dan ini menjadi kunci keberhasilan mereka. perluasan pendidikan politik PKI ini dilakukan hingga ke desa-desa dengan usaha penelitian model semacam ini. langkah ini pula yang tidak dilkakukan partai-partai lain ketika itu. buku juga menjadi bukti betapa seriusnya seorang Aidit dalam membangun sebuah partai yang besar dan Pro-Rakyat Pekerja kala itu.

Buku Ini mungkin dianggap sebagai media propaganda PKI untuk menarik massa. Tapi lebih dari itu. buku ini dapat kita jadikan contoh dan pelajaran bagi kita semua. bagaimana seharusnya kader partai itu bergerak dan memperhatikan rakyat jelata. selain itu, kehidupan petani juga amatlah penting bagi kehidupan bangsa ini, apalagi negeri ini dikenal sebagai negara agraris. me-resensi buku ini bukan tanpa maksud negatif. bagi saya, buku ini juga merupakan dokumen penting yang berkisah tentang organisasi politik yang sangat fenomenal dan penuh dengan kontroversi dan lika liku nya. PKI dan aidit mungkin dicap sebagai pengkhianat bangsa, tetapi tentu ada nilai-niali humanis yang kita dapat ambil dari Tragedi 1965 yang dialaminya. ditengah krisis bangsa yang genit akhir-akhir ini seharusnya melarang beredarnya buku buku tentang mereka atau malah melarang mempelajari tentang mereka. harusnya kita belajar menjadi bangsa yang berjiwa besar, demokratis, dan adil serta bangsa yang tidak mudah lupa sejarahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun