Mohon tunggu...
Nur Azis
Nur Azis Mohon Tunggu... Pembelajar sepanjang waktu

Bercerita dalam ruang imajinasi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tukang Kayu yang Trauma

26 Oktober 2019   22:22 Diperbarui: 26 Oktober 2019   22:41 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kok tidak diterima saja to, Mas" pinta Hesti.

"Lho Bu, apa kamu tidak tahu. Saya masih trauma dengan semua itu. Dengan mesin gergaji, kayu. Rasa-rasanya, jika berhadapan dengan semua itu, mereka seakan ingin menghantamku lagi."

"Alasan Mas saja. Mana ada benda-benda itu menghantammu. Yang ada, semua kebutuhan yang di depan mata, semua ingin menghantam Ibu. Mana cukup, Mas. Hasil berjualan jagungmu untuk memenuhi semua kebutuhan ini!"

Bagi Hesti, sungguh teramat berat memutar penghasilan suaminya itu untuk semua kebutuhan sehari-hari. Tak ada pilihan lain, selain dirinya juga harus bekerja. Meski dulu, Suman memang pernah melarangnya. Cukup sebagai ibu rumah tangga saja. Semua keperluan, adalah tanggung jawabnya sebagai seorang suami.

"Aku harus kerja, Mas." Kata Hesti.

"Bersabar lah dulu. Nanti aku juga akan mendapatkan penghasilan seperti yang dulu."

"Dari mana? Dari mana Mas bisa mendapatkannya. Jika tawaran Juragan Abas saja Mas tolak. Saya pokoknya harus kerja."

"Kamu mau kerja apa?"

"Aku mau kerja di Pabrik."

"Siapa yang akan mengurus anak-anak jika kamu bekerja."

"Kan ada Kamu, Mas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun