Permasalahan ini pernah terjadi pada Paolo Di Canio saat menangani Sunderland. Di bursa transfer musim panas 2013/14, klub berjuluk The Black Cats itu total mendatangkan 14 pemain baru. Pergerakan yang spektakuler untuk klub sekelas Sunderland.
Sayangnya performa klub tidak sesuai harapan. Di Canio pun dipecat di tengah jalan.
Setahun berselang, Di Canio mengungkapkan bahwa tak ada satupun dari 14 pemain itu yang merupakan rekrutannya. Ia melimpahkan kesalahan pada Roberto De Fanti dan Valentino Angeloni yang saat itu menjabat sebagai direktur teknik dan chief executive Sunderland.
Hal tersebut langsung dibantah oleh De Fanti yang menyatakan bahwa keputusan final dari setiap rekrutan pemain ada di tangan Di Canio.
Dalam video tersebut Erwan, yang juga Wakil Bupati Sumedang, berbicara di hadapan Viking Sumedang bahwa ayahnya memarahi pelatih Robert Alberts karena enggan mendatangkan Makan Konate.
"Ya tong mawa karep sorangan lah pelatih teh,"Â kata Erwan, yang maksudnya, pelatih jangan suka memaksakan keinginannya sendiri.
Sebuah pernyataan yang absurd, mengingat pelatih punya hak penuh untuk memilih pemain mana yang masuk dalam skuatnya.
Ya bagaimana pun memang ada peran manajemen, di mana setidaknya baik pelatih dan jajaran manajemen klub saling berunding menentukan pemain baru. Soal penyelesaian kontrak juga ada di tangan manajemen klub.
Namun pelatih punya hak untuk menolak pemain yang tidak dalam visinya, daripada si pemain dipaksakan dan "merusak" skema yang dirancang.
Pada akhirnya Robert Alberts mengeluarkan klarifikasi dalam akun Instagramnya bahwa ia sudah berbicara langsung dengan Konate, yang ia sebut salah satu pemain favoritnya.