Mohon tunggu...
M. Hafizhuddin
M. Hafizhuddin Mohon Tunggu... Aktor - Kang Apis

Anggota Komunitas Tidur Berdiri di KRL

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bursa Transfer Liga 1: Rekrut Pemain Dulu, Pelatih Kemudian

9 Januari 2020   17:46 Diperbarui: 9 Januari 2020   18:58 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otavio Dutra resmi diperkenalkan sebagai pemain baru Persija Jakarta untuk musim 2020. Persija sudah merekrut 3 pemain, bahkan sebelum memutuskan siapa pelatih baru mereka. (Foto: persija.id)

Memasuki musim baru Liga 1 yang rencananya akan dimulai pada 1 Maret 2020, seluruh klub peserta sibuk bermanuver untuk memastikan rekrutan anyar. Rumor bertebaran di seantero media sosial. Ada yang sukses direalisasikan, tak sedikit yang memang gosip belaka.

Beberapa akun media sosial, khususnya di Instagram, berlomba-lomba memberikan informasi perpindahan pemain. Dengan skill editing yang seadanya sampai yang "tingkat dewa" menjadikan jagat transfer Liga 1 semarak nan menyebalkan.

Riuhnya medsos terhadap hal ini seringkali membuat beberapa pemain harus menerima hujatan pendukung sebuah klub karena nyatanya sang pemain malah berlabuh di klub lain. Ujung-ujungnya keributan antarsuporter terjadi di kolom komentar.

Okelah, ribut antarsuporter klub memang hal yang biasa di negara manapun. Namun kita semua tahu bahwa tak semua dapat menyikapinya secara dewasa, apalagi di Indonesia. Dari yang hanya ribut di medsos, merembet ke mana-mana.

Terlepas dari hal di atas, ada fenomena menarik setiap masuk bursa transfer, baik itu di awal musim atau tengah musim. Yaitu proses perekrutan pemain yang dilakukan oleh manajemen klub, tanpa rekomendasi pelatih kepala.

Maksudnya?

Ya, sebut saja Persija Jakarta pada bursa transfer kali ini. Meski belum memiliki pelatih kepala, mereka sudah mengontrak total 3 pemain baru untuk persiapan musim depan, yaitu Alfath Fathier, Otavio Dutra, dan Rafli Mursalim.

Dibandingkan klub peserta Liga 1 lainnya, memang tinggal Persija yang belum menunjuk pelatih. Mungkin manajemen mencoba hati-hati memilih sosok yang tepat, mengingat musim lalu mereka harus gonta-ganti pelatih hingga 4 kali (Ivan Kolev, Sudirman -caretaker, Julio Banuelos, dan Edson Tavares).

Kontrak Edson Tavares sendiri tak diperpanjang manajemen meskipun ia cukup berhasil menjauhkan Persija dari zona degradasi.

Memang, semua klub seolah sedang berlomba-lomba untuk mendapatkan pemain incaran. Sedikit saja lengah, akan ditarik klub peminat lainnya.

Namun bukankah pada akhirnya yang akan mengatur skuat di tiap pertandingan nanti adalah sang pelatih kepala? Bagaimana jika pemain baru ini ternyata tak sesuai skema?

Permasalahan ini pernah terjadi pada Paolo Di Canio saat menangani Sunderland. Di bursa transfer musim panas 2013/14, klub berjuluk The Black Cats itu total mendatangkan 14 pemain baru. Pergerakan yang spektakuler untuk klub sekelas Sunderland.

Sayangnya performa klub tidak sesuai harapan. Di Canio pun dipecat di tengah jalan.

Setahun berselang, Di Canio mengungkapkan bahwa tak ada satupun dari 14 pemain itu yang merupakan rekrutannya. Ia melimpahkan kesalahan pada Roberto De Fanti dan Valentino Angeloni yang saat itu menjabat sebagai direktur teknik dan chief executive Sunderland.

Hal tersebut langsung dibantah oleh De Fanti yang menyatakan bahwa keputusan final dari setiap rekrutan pemain ada di tangan Di Canio.

Paolo Di Canio dipecat Sunderland setelah hanya mendampingi tim dalam 13 laga. (Sumber: Dailymail/Action Images)
Paolo Di Canio dipecat Sunderland setelah hanya mendampingi tim dalam 13 laga. (Sumber: Dailymail/Action Images)
Ya, tak jarang pernyataan pelatih dan manajemen berseberangan soal rekrutmen pemain. Baru-baru ini juga viral sebuah video di kalangan Bobotoh, pendukung Persib Bandung, yang berisi pernyataan Erwan Setiawan, anak dari manajer Persib, Umuh Muchtar.

Dalam video tersebut Erwan, yang juga Wakil Bupati Sumedang, berbicara di hadapan Viking Sumedang bahwa ayahnya memarahi pelatih Robert Alberts karena enggan mendatangkan Makan Konate.

"Ya tong mawa karep sorangan lah pelatih teh," kata Erwan, yang maksudnya, pelatih jangan suka memaksakan keinginannya sendiri.

Sebuah pernyataan yang absurd, mengingat pelatih punya hak penuh untuk memilih pemain mana yang masuk dalam skuatnya.

Ya bagaimana pun memang ada peran manajemen, di mana setidaknya baik pelatih dan jajaran manajemen klub saling berunding menentukan pemain baru. Soal penyelesaian kontrak juga ada di tangan manajemen klub.

Namun pelatih punya hak untuk menolak pemain yang tidak dalam visinya, daripada si pemain dipaksakan dan "merusak" skema yang dirancang.

Pada akhirnya Robert Alberts mengeluarkan klarifikasi dalam akun Instagramnya bahwa ia sudah berbicara langsung dengan Konate, yang ia sebut salah satu pemain favoritnya.

"Saya menanyakan ketertarikannya untuk bergabung dan saya lakukan itu beberapa kali, tapi tampaknya dia sudah sepakat dengan klub lain," kata Robert.

Umuh juga menanggapi kabar ini dan menyatakan bahwa Konate tidak jadi bergabung dengan Persib musim depan.

Manajer, Pelatih, dan Manajer-pelatih
Soal perbedaan peran manajer dan pelatih sering menjadi polemik di Indonesia. Umuh Muchtar sudah berkali-kali dipertanyakan wewenangnya oleh Bobotoh karena dinilai kerap ikut campur urusan transfer dan bahkan turut menentukan pemain yang turun saat pertandingan.

Seperti yang sudah dibahas di atas kalau manajemen, dalam hal ini manajer, punya hak juga dalam proses rekrutmen. Namun memang harus ada garis yang jelas di pos mana saja tugas manajer dan pelatih.

Sepak bola Inggris mungkin salah satu dari segelintir yang memopulerkan fungsi manajer dan pelatih kepala dalam satu orang. Sementara ada lagi jabatan direktur teknik/sepak bola yang diterapkan di liga Eropa lain atau bahkan sebenarnya oleh beberapa klub di Liga Inggris itu sendiri.

Gambaran soal perbedaan peran antara manajer, pelatih kepala, dan direktur sepak bola. (Infografis oleh Mayda Ersa Pratama dari Pandit Football)
Gambaran soal perbedaan peran antara manajer, pelatih kepala, dan direktur sepak bola. (Infografis oleh Mayda Ersa Pratama dari Pandit Football)
Madura United pada akhir Desember lalu mengumumkan Rahmad Darmawan sebagai pelatih kepala yang baru, sekaligus berperan sebagai manajer. Haruna Soemitro, yang sebelumnya menjabat manajer didapuk sebagai direktur klub.

Haruna berpendapat langkah tersebut harusnya bisa menjadi contoh bagi klub Indonesia lain. Sebab selama ini manajer klub tak memiliki lisensi dalam sepak bola tapi ikut campur terlalu jauh soal teknis.

"Manajer di klub Indonesia tidak punya lisensi kepelatihan, tapi malah punya kuasa atas tim. Malah biasanya mereka bisa mengatur tim karena juga bisa duduk di bangku cadangan," kata Haruna kepada Bola.com, yang secara tidak langsung juga menyindir dirinya sendiri.

Sebenarnya peran manajer-pelatih juga pernah diemban oleh Ivan Kolev di Sriwijaya FC pada 2010. Namun memang hingga saat ini belum jadi populer.

Di level timnas, PSSI melalui kepengurusan barunya juga sudah mulai menerapkan peran manajer-pelatih pada sosok Shin Tae-yong.

Mungkin dengan contoh yang sedang dijalankan Madura United dan PSSI, bisa membuka jalan untuk klub lain menerapkan hal serupa. Atau paling tidak peran manajer dan pelatih punya definisi dan batas yang jelas.

Tinggal bagaimana manajemen klub menyikapinya. Mungkin saja selama ini jajaran manajemen tidak mau melepas jabatan manajer karena masih ingin namanya terlihat di publik sebagai sosok yang paling berjasa saat klub sedang berjaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun