Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kanopi untuk Pak Tukang

12 Maret 2021   08:53 Diperbarui: 12 Maret 2021   09:14 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kanopi untuk pertokoan (wikipedia.org)

Sore ini Dul Kaher mendatangi tokonya. Ia berniat untuk membukanya kembali setelah ia menutupnya siang tadi karena istirahat. Siang tadi ia memang sengaja menutup tokonya agak lama karena harus mendampingi isterinya yang masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan anak ketiga.

Toko yang baru saja ia rintis itu usianya masih sekitar dua bulanan. Selama beberapa hari terakhir toko itu terpaksa ia istirahatkan karena fokus mendampingi isterinya yang menjalani masa persalinan.

Ditambah lagi toko itu statusnya juga belum memiliki karyawan seorang pun yang bisa menunggunya, maka tiada pilihan lain bagi Dul Kaher selain menutupnya untuk sementara waktu.

Di samping itu, dalam tradisi di daerah Dul Kaher, anggota keluarga yang baru saja menerima momongan biasanya akan didatangi oleh para famili maupun tetangga paling tidak selama lima hari atau sepasar lamanya.

Cukup banyaknya tamu yang singgah ke rumahnya dengan silih berganti menyebabkan ia harus mengistirahatkan toko yang statusnya masih newbe itu selama sembilan hari lamanya.

***

Saat Dul Kaher tiba di depan toko, ia mendapati dua sepeda motor yang parkir di depannya. Satu terparkir di emperan, sedangkan satunya lagi naik ke atas tangga yang sepertinya sengaja ditempatkan di sana oleh pemiliknya untuk menghindari paparan hujan.

Dul Kaher tahu persis bahwa dua sepeda motor itu adalah milik dua orang tukang yang sedang bertugas merenovasi rumah milik tetangganya. Ia menduga mereka sedang nunut ngiyup alias numpang meneduhkan kendaraan di teras toko agar terlindung dari dera air hujan.

Dul Kaher sudah mengetahui sepeda motor itu adalah milik pak tukang sebab sejak tadi pagi tadi ia sudah menyaksikan dua sepeda motor itu tengah berada di sana.

Begitu mengetahui bahwa toko itu sudah aktif kembali dengan kehadiran si pemiliknya, maka kedua tukang itu segera memindahkan sepeda motor mereka dari halaman toko Dul Kaher.

Akan tetapi, apalah sebenarnya kerugian bagi Dul Kaher jika membiarkan sepeda motor itu tetap berada di tempatnya tanpa harus dipindah ke tempat yang lain.

Jika ia merasa terganggu dengan penataannya, paling banter mungkin ia hanya perlu sedikit menggesernya saja agar ia parkir dengan lebih rapi dan tampak lebih elok saat dipandang mata. Tidak lebih dari itu.

Maka dengan spontan Dul Kaher pun mencoba menawari kedua tukang itu untuk tidak usah memindahkan sepeda motor mereka itu dari tempat asalnya.

Akan tetapi dalam tradisi budaya masyarakat mereka yang mungkin selalu mengajarkan dan menjunjung tinggi sikap untuk bisa rumangsa atau bisa memahami perasaan orang lain, menyebabkan beliau-beliau itu seperti merasa tidak enak hati, ewuh pakewuh dengan keadaan mereka sendiri, sehingga mereka pun pada akhirnya tetap memindahkan sepeda motor mereka ke halaman sebelahnya.

Dan pada siang harinya, saat keadaan toko masih tutup karena Dul Kaher tinggal untuk beristirahat, hujan pun turun dengan begitu derasnya.

Pak Tukang yang mendapati kondisi toko yang masih tutup dan tidak ada kepastian kabar kapan akan kembali buka, maka mereka pun serasa mendapat kesempatan emas.

Beliau-beliau pun kembali meneduhkan sepeda motor itu di emperan toko milik Dul Kaher. Bahkan tidak cukup di emperannya, akan tetapi juga menaikkannya tepat di depan pintu harmonika.

Mendapati keadaan ini hati Dul Kaher merasa sangat senang bukan kepalang sebab ia menganggap dengan kondisi tokonya yang tertutup pun nyatanya ia masih bisa memberi manfaat kepada pihak lain, yakni memberi tempat tumpangan untuk berteduh dari terik mentari dan terpaan hujan.

Akan tetapi, selain rasa senang itu di dalam hati Dul Kaher juga sedikit menyimpan rasa sesal. Ia merasa menyesal sebab belum bisa berbuat lebih maksimal dalam memberi tumpangan itu. Misalnya saja dengan memasang kanopi sehingga salah satu sepeda milik pak tukang itu tidak akan terpapar oleh air hujan atau mereka tidak perlu repot-repot menjunjung sepeda motornya yang berat itu agar sampai di tangga toko demi menghindari hujan.

Dul Kaher berharap semoga saja sebentar lagi ia akan memiliki cukup rezeki sehingga ia bisa memasang kanopi yang akan bisa membantu lebih banyak bagi siapa saja yang ingin berteduh dari sengatan matahari maupun derai air hujan. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun