Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menulis untuk Memulung Sebagian Kalam Tuhan

29 September 2020   15:22 Diperbarui: 29 September 2020   15:57 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kees Streefkerk (Unsplash) 

Seandainya lautan itu laksana kumpulan tinta untuk menulis kalimat Tuhanku, niscaya itu takkan pernah cukup, sekalipun engkau hadirkan lagi triliunan lautan yang akan menjadi tintanya. 

Kalimat itulah yang mungkin sedikit mewakili apa yang yang tergambar di dalam QS Al Kahfi 109. Ayat tersebut sekaligus menjadi penanda bahwa betapa maha luas dan maha kayanya kalam Tuhan yang terserak di semesta ini. 

Kalam-Nya yang teramat melimpah itu merupakan sumber pengetahuan dan inspirasi yang takkan pernah mengering untuk digali oleh sehebat dan secepat apapun perkembangan ilmu pengetahuan. 

Dengan demikian, apa yang ada di sekitar kita ini hakikatnya adalah pengetahuan dan sumber inspirasi jika kita bersedia untuk memulungnya.

Para pencari ilmu itu sejatinya adalah pemulung pengetahuan, sehingga sudah seharusnya bagi mereka untuk tidak segan-segan dalam mencerap dan mereguk setiap pengetahuan yang mampu ia reguk. Hal ini dikarenakan tidak ada perihal yang akan sia-sia dari setiap pungutan kalam-Nya yang telah ia amati dan kumpulkan dalam memori akal maupun tulisan. 

Saat ini, perkembangan pengetahuan telah diwadahi oleh para ilmuwan dengan menggunakan teknologi informasi. Harapannya adalah supaya setiap perkembangan pengetahuan itu akan lebih mudah terdokumentasi dan dikombinasikan, sehingga akan mempercepat dalam pengambilan kesimpulan, keputusan dan manfaat bagi mereka yang menggunakannya. 

Akan tetapi, sebagaimana jumlah kalam-Nya yang tak terkira jumlahnya itu, seluruh perkembangan teknologi maupun pengetahuan itu hanya akan mampu untuk menampung sedikit saja sebagian dari kalam-Nya. Dan sampai kapan pun ia takkan pernah mampu untuk mewadahi semuanya.

Dengan menyadari akan hal yang demikian, maka manusia akan menyadari bahwa betapa bodohnya dirinya, betapa primitifnya ia, betapa jahilnya ia, di hadapan Sang Pemilik Kalam dan Sang Pemilik Pengetahuan. [mam]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun