Rerata hal yang diharapkan oleh seorang penyaji tulisan atas kritikan itu adalah supaya ia mendapatkan komentar, kritik, dan saran demi memperbaiki karya mereka berikutnya.Â
Dengan demikian, mereka tidak lagi terlalu berharap datangnya puji-pujian yang mengalir deras atas karya mereka, yang kemudian justru menenggelamkannya dengan menjadikannya stagnan, mengalami kemandekan, sebab hanya puas dengan pencapaian sesaat yang itu-itu saja.Â
Mereka menganggap bahwa siapa saja yang mengkritik karya tulisan sejatinya ingin menunjukkan kekurangannya dan mengarahkannya menuju langkah perbaikan. Meskipun cara yang mereka tempuh mungkin saja akan sangat beragam.Â
Ada pengkritisi yang gaya penyampaiannya sangat lugas dan blak-blakan sehingga kemungkinan akan berpotensi menyakitkan hati mereka yang menerima, jika tak mampu memahami maksudnya. Selain itu, ada juga yang gaya mengkritiknya sangat halus sehingga pihak yang dikritik pun sampai tidak mampu memahaminya karena begitu halusnya, dan sebagainya.Â
Namun, terlepas dari bagaimanapun metode yang mereka gunakan, tujuan mereka pada umumnya sama, yakni ingin menunjukkan kekurangan pada sebuah karya pihak lain agar ia dapat memperbaikinya di masa mendatang.Â
Dan sepatutnya, bagaimanapun bentuk kritikan itu tidaklah sampai menjadikan pihak yang menerimanya berkecil hati kemudian berputus asa dalam berkarya. Sebab, ia seharusnya menyadari bahwa berbagai bentuk kritikan yang disampaikan itu sebenarnya tidak lebih dari sebuah saran perbaikan.Â
Jadi, jika pihak yang dikritik merasa mampu untuk menerapkan, ya, silakan diterapkan. Dan jika merasa belum mampu untuk mengaplikasikannya, ya, silakan tetap berkarya dengan model yang sesuai dengan kemampuannya.
Sebab, kita pun sama-sama tahu bahwa perubahan atas sebuah keadaan itu tentu membutuhkan waktu tersendiri. Bisa saja itu dalam masa harian, bulanan, tahunan, bahkan ada juga yang hingga seumur hidup pun seseorang belum juga bisa melakukannya.Â
Dengan adanya keragaman keadaan dan barangkali juga dasar kemampuan itu maka tidak ada hal lain yang bisa dilakukan oleh seorang pembuat karya tulisan yang progresif kecuali dengan terus belajar dan terus memperbaikinya. Atau mereka biasa menyebutnya dengan istilah: long life learner, sang pembelajar seumur hidup.Â
Mereka belajar untuk masa yang selama-lamanya sebab menyadari bahwa ilmu yang mereka cari tak akan pernah habis untuk dipelajari dan dipahami, bahkan dengan adanya tambahan umur yang bertriliun-triliun tahun lagi.Â
Pada akhirnya, karena tulisan saya ini juga sangat jauh dari kata sempurna, maka saya pun membuka kesempatan bagi siapa saja untuk mengkritiknya pada kolom komentar di bawah. Siapa pun boleh mengkritik karya saya yang ini maupun untuk tulisan-tulisan yang sebelumnya.Â