Mohon tunggu...
Darkim bin Arsabesari
Darkim bin Arsabesari Mohon Tunggu... Pengangguran Terselubung

Lupakanlah! Hanya sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Arus Besar Sungai Keadilan

11 Agustus 2025   11:15 Diperbarui: 11 Agustus 2025   11:15 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari telah lebam, luka terkoyak oleh goresan zaman. Setiap rezim menanamkan propaganda tentang keadilan, kemanusiaan, pemerataan. Seperti hujan yang tumpah dari awan, namun ini hanya wacana pemoles kedudukan.

Dengarkan suara jeritan, dari gunung yang kehilangan keagungan, hutan belantara meranggas padahl ini musim penghujan. Anomali cuaca politik begitu menikam, sehingga para elit kehilangan kepekaan menangkap getar kepedihan.

Jikapun harus tumpul keatas, mengapa bukan menyediakan griya tawang sebagai penjara indentitas. Agar para jelata bisa menumpahkan sumpah, agar para pembesar tidak harus merasa bersalah. Padahal, roda republik tengah tersendat, korupsi menjadi musuh bersama, namun berjamaah melestarikan keculasan birokrasi.

Kapan keadilan akan menmukan tempat bertahtah, kemana hendak dicari seorang penguasa yang bisa memberi tauladan kepada rakyatnya.

#####

Baganbatu, 11 agustus 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun