Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Jalan Sesat Seekor Nyamuk Malaria

13 September 2022   06:42 Diperbarui: 13 September 2022   06:47 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com

Gerombolan dari kegelapan

Tentara bayaran

Mengacungkan senjata siap terjun ke medan pertempuran

Ngiiing......

Setelah lama bertapa, menjadi jentik dalam kubangan nista, menjelma dalam rupa seumpama begal haus darah

Bersayap tipis namun sekuat baja

Mencipta teror dengan bunyi khas laksana dengung kibasan senjata

Ngiing.....yang mendamba

Sebelum gelap tiba, ia hanya duduk termenung sambil memperkirakan resiko bakal menimpa

Cidera

Patah sayapnya

Bahkan kematian yang bisa datang dalam hitungan sekejap mata

Tatkala senja mulai menjelma, keremangan suasana menduduki mayapada

Senjata telah di asah

Keyakinan telah bulat untuk berbuat

Menebalkan semangat bahwa ini adalah jalan takdir pencipta

Maju!

Serbu!

Entah siapa yang mula memberi perintah, kepak sayap tetiba menemukan irama. puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan, gerombolan mahluk kecil bernyali besar, menyasar bau tubuh sebagai pedoman menentukan sasaran. Dalam gelap yang mencekam, seperti horor bagi diri sendiri dan sekitar.

Yang mati tak terkisah

Yang cidera mungkin tak pulang lagi ke rumah semula

Sampai tugas paripurna

Mematangkan telur sebagai penerus generasi penghisap darah

Mungkin jalan sesat bagi mereka yang iri dan penuh prasangka

Mungkin terlalu hina dalam pandangan manusia

Di anggap lawan, di caci sebagai sumber penularan, di cap sebagai pembawa selusin lebih varian baru penderitaan

Jika engkau yang menjadi nyamuk malaria, adakah pilihan lebih mulia dari mematuhi titah

#####

Baganbatu, september 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun