Kata apa sebagai pembuka. Signal penuh menambah ruwet suasana.Â
Apa kabarmu?
Bagaimana hatimu?
Diamkah engkau mendengar suaraku, atau aku tak mampu bersuara ketika nomor milikmu muncul di dinding mataku.
Jarak tawamu masih menggema. Tadi malam kita habiskan gelap dengan celoteh ringan. Sekejap pertengkaran berkobar, entah menara tranmisi mulai bosan, atau satelit cemburu melihat tawamu.
Kring.....kriiiiiing....
Melengking menembus dinding, berulang ketika kita saling diam. Pulsa terbuang percuma, kita diam. Tetap diam.
Jika berkepanjangan, ku jual saja telepon genggam. Menulis surat, mengirim lewat pesawat, atau kita ciptakan telepon diam. Hanya kriiiiing.....
*****
Baganbatu, juni 2021