Haruskah dikenang. Adegan peristiwa berjejal memenuhi tulang jemuran, celoteh hayal bergelayut mesra di dinding perasaan. Persis seperti selebaran kertas kusam, tiap tepinya berlubang penanda zaman.
Beginikah seharusnya memperlakukan kenangan. Meletakan dalam pinggan berukir mawar, menyirami dengan segala hayal tak bertuan, hingga satu demi satu tanggal. Jatuh ke lembah kelam teramat dalam.
Hendak di hadirkan. Kenangan berharap mengobati kerinduan, manis dan pahit dipilah atas nama keinginan. Satu-dua kebencian, sepotong tangisan, segenggam kekecewaan.
"Biarlah ia menggerogoti sukma, perlahan menghantui jalan pikiran, membayang ketika sinar tak lagi berwenang." sempurnah sebagai tonggak peringatan.
*****
Baganbatu, januari 2021