Tanganku tak kuasa menjangkau bayanganmu, berkelebat cepat bersama senja, menitik di sisa embun pagi yang terlambat menyadari. Bayangan wajahmu memantul di segala kaca jendela, senyum manis segera menghilang di tikungan berlawanan, meninggalkan jejak lesung pipit di sepanjang jalan.
Kibasan rambut hitamu menguarkan aroma mewangi, menelusup cepat menghadirkan kenangan tentang masa lalu. Ketika kita masih remaja dulu, ketika kita belum memahami makna tentang rasa. Kita terlalu lugu untuk menyimpulkan apa yang terjadi, atau mungkin takdir memang menghendaki.
Kini, di saat aku hampir menemukanmu kembali, di antara belantara kisah yang saling tumpang tindih, aku baru menginsyapi, aku baru menyadari, ragaku tak lagi mampu menjengukmu, jiwaku terantuk kenyataan betapa tak mampunya aku.
Di saat aku hampir menemukan sejatinya dirimu, senyumu, hatimu, ternyata akhir takdirku telah di tuliskan. Inilah akhir pencarianku.
Bagan batu, mei 2020