Tubuh telah kaku. Mulut tiba-tiba membisu, majulah tangan dan kaki memberi kesaksian,tanpa malu tanpa ragu, bagai di hantam palu sekujur tubuh.Sendirian di padang sunyi, mempertanggung jawabkan yang tersembunyi, cacing tanah berpesta --pora, gelap mencekik segenap rasa.
Harta tak lagi berguna, nama besar tergeletak di susunan papan bunga. Sanak saudara perlahan melupakan, tubuh melepuh di himpit tanah, kebesaran dunia tak mampu menjamah.mati berarti sendiri, kesunyian yang tak bertepi. Kepastian yang dulu di ingkari, kini menagih janji semua amanah tak terpenuhi.
Jerit tangis hanya meraung hampa, keagungan manusia telah musnah. Hanya cacing tanah menari sambil tertawa, menyaksikan sang pendosa menyesali segalanya. Mati menanti, kubur memanggil tiada henti. Setiap detik mendatangi,jengkal demi jengkal mendekat pasti.
Raga-raga tanpa jiwa, nama-nama hanya ukiran semata. Yang fana telah mengecewakan, sekian lama penuh puja akhirnya mencampakan. Tinggal kini penyesalan di bungkus kepedihan, hanya berharap belas kasihan dari yang maha memaafkan.
Tiada tempat sembunyi, tiada kesempatan melarikan diri. Ini hal yang pasti, suka ataupun benci.
Bagan batu,April 2020