Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Mati

26 April 2020   03:38 Diperbarui: 26 April 2020   04:04 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tubuh telah kaku. Mulut tiba-tiba membisu, majulah tangan dan kaki memberi kesaksian,tanpa malu tanpa ragu, bagai di hantam palu sekujur tubuh.Sendirian di padang sunyi, mempertanggung jawabkan yang tersembunyi, cacing tanah berpesta --pora, gelap mencekik segenap rasa.

Harta tak lagi berguna, nama besar tergeletak di susunan papan bunga. Sanak saudara perlahan melupakan, tubuh melepuh di himpit tanah, kebesaran dunia tak mampu menjamah.mati berarti sendiri, kesunyian yang tak bertepi. Kepastian yang dulu di ingkari, kini menagih janji semua amanah tak terpenuhi.

Jerit tangis hanya meraung hampa, keagungan manusia telah musnah. Hanya cacing tanah menari sambil tertawa, menyaksikan sang pendosa menyesali segalanya. Mati menanti, kubur memanggil tiada henti. Setiap detik mendatangi,jengkal demi jengkal mendekat pasti.

Raga-raga tanpa jiwa, nama-nama hanya ukiran semata. Yang fana telah mengecewakan, sekian lama penuh puja akhirnya mencampakan. Tinggal kini penyesalan di bungkus kepedihan, hanya berharap belas kasihan dari yang maha memaafkan.

Tiada tempat sembunyi, tiada kesempatan melarikan diri. Ini hal yang pasti, suka ataupun benci.

Bagan batu,April 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun