Benar-benar di rumah
Teronggok di depan layar laptop merah muda, memencet tuts rasa bulan madu yang telah lama, ribuan aksara seketika bagai kerumunan rama-rama, Â berpesta pora lewat puisi dan prosa sekenanya. Tidak terpaksa, bukan ada yang memaksa
Anak lelakiku telah berubah menjadi Spiderman, sekejap kemudian menjadi Batman. Bergulingan di antara kaki meja, meloncat dan berlarian hingga langit-langit ruangan. "Hore! Ayah di rumah." Teriakan menggema memenuhi lukisan cat air beraroma surealis. Bukan buatan, bukan pencitraan
Benar-benar di rumah
Bukan hanya raga tapi juga jiwa, bukan hanya kata-kata tapi perbuatan. Tawa-tawa lepas memenuhi langit yang kebingungan, wabah corona tiba-tiba menyingkir malu tertunduk menyaksikan. Asap dari dapur menyebarkan aroma menu sederhana, sambal terasi pucuk daun singkong nikmat sekali. Waktunya kita menikmati, berbagi dengan tetangga kanan-kiri
Telah lama kerinduan terpanggang matahari, telah lama kehawatiran mengikuti kemana pergi. Bayar kontan berdiam diri. Walau mungkin hanya satu hari, terasa sudah sebulan mengurung diri
Rak kayu telah condong kebelakang, ambil paku dan palu kuatkan tiang-tiang. Tak-tok, tak-tok. Berkumpul membuat lingkaran, ceritakan dongeng dan kisah capung ringkih yang menjadi pahlawan
Benar-benar di rumah
Hingga senja mulai mengintip dari balik punggung anaku yang lincah, hendak mengucapkan selamat tinggal sungkan dengan keceriaan yang terasa langkah.
"Besok Ayah masih benar-benar di rumah?" tanya anaku melalui celah tembok yang terkelupas catnya. Â Senja menangis karena tahu apa jawabanya.
Bagan batu April 2020
Â