Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Hadirmu Menanti Walau Menikam Hati

21 Februari 2020   18:51 Diperbarui: 21 Februari 2020   18:52 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hadirmu tatkalah air mataku telah mengering di permainkan angin, rumpun melati telah letih menggelitik hati, tanah kering tempat ku simpan butiran terakhir kesedihan menciptakan ironi. Engkau baru menyatakan simpati, berusaha membasuh sunyi dengan janji, mengusap pipi ini sambil mengucapkan kata mesra, "sayang, hadirku telah nyata untukmu"

Mengapa engkau tiada di saat malam menyiksa dengan sunyinya, mengapa angin tak menyampaikan kabar ketika harapku  memenuhi batin. Sedang embun pagi tempatku menumpahkan segala resah telah lama pergi, menyeret sejuta beban yang menindih hingga tak berbentuk lagi

Hadirmu serupa nyawa bagi badan, sejengkal sebelum putus pengharapan, sekedipan mata sebelum ada dan tiada tidak lagi berbeda. Hanya namamu yang ku mantrakan, bersama dua tiga kelopak mawar yang berguguran memenuhi pelataran

Telah ribuan pinta ku mohonkan, tapi hadirmu hanya sekelebat memenuhi takdir. Lenyap dalam sekejap, hilang bersama deru angin yang membekukan tulang. Tanpa jejak yang pantas ku genggam, tanpa kata yang bisa ku jadikan pegangan. Ada dan tiadamu selalu menyakitkan, hadir dan pergimu menusuk perasaan. Tapi aku masih mengharapkan

Bagan batu 21 februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun