Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Ucup Ingin Sekolah Lagi

5 Februari 2020   06:52 Diperbarui: 5 Februari 2020   06:49 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi belum lagi sempurna mematut diri. Cahaya matahari baru sedikit yang mampu menyentuh bumi. Sesosok bayangan anak kecil mengendap-endap dalam keremangan. Bukan hendak berbuat kurang ajar, atau sedang usil mempermainkan keadaan. Bocah lelaki tanpa baju itu berjalan dengan sangat hati-hati di tempat cahaya terasa mahal sekali.

Tangan kananya menenteng sebuah ember plastik warna hitam, sebuah sumur tua menjadi tujuan pagi ini. Seperti kemarin, hari ini, dan mungkin esok hari. Rutinitas pagi adalah perjuangan pertama untuk seorang anak lelaki berusia sembilan tahun. Tubuh kurusnya menciptakan bayangan samar-samar di terpa cahaya lampu milik tetangga.

Tubuh kurus tak berbaju seperti sudah kebal dengan dingin udara pagi, atau hawa dingin itu sendiri yang mulai enggan karena kasihan melihat anak seusianya harus berjuang di pagi buta. Entahlah, mungkin ini sebuah kenyataan pahit seorang anak manusia.

Namanya Ucup.sebuah nama panggilan yang akhirnya menjadi nama tenarnya. Terkenal karena satu-satunya anak yang tiap pagi menantang matahari, tenar karena harus ikut banting tulang membantu Emak mencari nafkah. Terkenal di antara pedihnya penderitaan dan kesengsaraan yang seharusnya belum lagi ia hadapi.

Semenjak ayahnya pergi entah kemana, praktis hanya emak yang berjuang sendirian mencari nafkah. Kerja serabutan, kerja apa saja yang penting Ucup dan kedua adiknya bisa makan. Makan apa saja, yang penting halal dan tidak mencuri punya tetangga. Itu pesan Emak kepada Ucup.

Ucup pernah sekolah, tapi terpaksa keluar karena tidak ada yang menjaga adik-adiknya ketika Emak pergi kerja. Padahal rumah yang di tempati Ucup hanya berjarak 200 meter dari sekolahan. Suara teman-temanya sering terdengar hingga ke rumah, Ucup merasakanya seperti sayatan kerinduan untuk kembali memasuki gedung sekolah.

Tapi apa daya, Emak hanya seorang pencari berondolan. Berharap ada buah berondolan yang tertinggal ketika si empunya kebun memanen tandan buah kelapa sawit. Untung-untungan, sambil berharap nasip berpihak kepada keluarganya. Tapi di saat buah kelapa sawit sedang malas berbuah, di tambah harga jualnya yang sedang mahal, pekerjaan mencari berondolan adalah kerja yang benar-benar melelahkan. Berjalan berpuluh-puluh kilometer di deretan kelapa sawit milik orang, sampai pegal kaki menjelajah semak dan belukar, Emak kadang hanya membawa pulang 5-10 kg berondolan. Jika di uangkan hanya senilai nominal 15.oooan.

"Ucup masih ingin sekolah?" tanya seorang bapak yang sedang menjemput anaknya dari sekolah. Ucup yang hari itu mengajak kedua adiknya untuk bermain-main di pagar sekolah mengangguk dengan mata hampir berkaca-kaca.

"Kepingin, Om. Ucup pingin bisa sekolah lagi. Tapi Ucup kasihan sama Emak, kasihan Emak nanti tidak bisa kerja. Ucup sayang sama adik-adik. Siapa nanti yang akan menjaga mereka jika Emak mencari berondolan."

Ucup memang sayang kepada Emak dan adik-adiknya yang masih kecil. Rasa rindunya untuk kembali kebangku sekolah di simpanya dengan rapat di bilik paling dalam hatinya. Sebuah buku LKS masih tersimpan rapi di tumpukan pakaian bekas yang di pergunakan sebagai bantal bila tidur malam.

Ucup sudah terbiasa kelaparan, ucup sudah sering kali merasakan pedihnya penghinaan. Lapar adalah sarapanya setiap pagi, lapar sudah menjadi makan siang dan makan malamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun