Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aku

16 Oktober 2019   20:01 Diperbarui: 16 Oktober 2019   20:16 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih tetap aku, berdiri mematung menyangga matahari di tengah bumi, membakar tapak tangan hingga menghitam merusak hati. Perih? Jangan engkau tanya lagi rasa sakit yang menjangkiti, perih adalah permainan hati, sedang rasaku telah mati

Aku masih tetap aku, menjejak bumi dengan hentakan kaki, menjelajahi samudera raya dengan kata-kata, menyeberangi angkasa hingga ke ujung cakrawala. Aku tetap di sini, membatu mengurat bumi, anganku terbang bersama angin, jiwaku mengapung sejengkal dari nalar

Aku masih tetap aku, memandang lalu lalang bagai irama tak beraturan, wajah-wajah tegang memendam keinginan. Aku masih menjadi saksi keserakahan, jiwa-jiwa rapuh tersiram keculasan

Aku masih tetap aku, yang menangisi kehidupan di pagi dan petang, tak mampu mencegah selain menyaksikan. Aku masih tetap aku, darah mengental kadang mendidih melihat kesewenang-wenangan, tapi tetap terdiam di tengah-tengah keriuhan. Ini baru menyakitkan

Bagan batu 16 oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun