Selendang siang telah dikenakan, menyingkirlah segala kelam di berangus siang. Di kedalaman ceruk-ceruk tercuram, di bawah tindihan batu besar pegunungan, siang mengakhiri segala sunyi, terang jadi pembatas antara nyata dan mimpi
Tapi hatiku masih terasa pekat, tipisnya kulit ari tak mampu tertembus cahaya putih. Di bilik-bilik hatiku masih menyimpan gumpalan iri dengki, terlelap di bara api yang tersembunyi, mendengkur pelan di lindungan sifat hewani
kulit tubuh boleh terbakar, wajah garang rela terpanggang. Seonggok daging ternyata nyaman dalam kebusukan, merah menyalah penuh bara amarah, hitam pekat di bungkus prasangka
Jika siang adalah terang sesungguhnya, mengapa hatiku tetap beku di teriknya. Kelam padahal di kelilingi sinar, beku walau cahaya silau terus memburu.Mungkinkah ini pertanda hatiku telah membatu, hingga aku butuh hati yang baru
Bagan batu 3 agustus 2019