Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sunyi yang Meriuhkan

29 Mei 2019   19:18 Diperbarui: 29 Mei 2019   19:18 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok : pribadi/ps express

Merenangi waktu tatkala senja menghantar sebungkus kehangatan, menjelajahi ruang diri mencari arti hidup sejati. Di lorong sepanjang usia menempuh perjalanan, sejak tercipta, hingga kematian tlah menunggu di teras rumah

Aku hanya mampu tinggalkan sunyi di tembok rumah, ketika papan petunjuk arah berubah ubah, pagi dan senja tak pernah bersua. Jejak ku mungkin tertinggal di sembarang gambar, ciptakan sunyi yang asyik meriuhkan. Mungkin itulah diriku

Kenanglah aku bersama sunyi yang mengikuti, ciptakan bunyi yang tak mampu di ungkap hati. Sebutlah namaku di penghujung pagi, biarkan angin mengabarkan, biarkan udara dingin menyampaikan

Sunyi mungkin telah menjadi aku, seperti aku yang selalu hidup di lorong mimpi. Setiap hari berganti, hanya rasa sunyi yang setia menemani, mungkin sunyi telah meriuhkan takdirku

Bagan batu 29 mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun