Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lembagai Survei Politik Vs Dukun Politik, Serupa Tapi Tak Sama

23 Maret 2019   17:44 Diperbarui: 23 Maret 2019   17:54 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat hasil survei terbaru yang di rilis oleh litbang kompas? dampaknya sungguh luar biasa. angka angka yang di sodorkan mampu membuat pemain pemain politik kelojotan tidak karuan.

Sesuatu yang belum terjadi, hanya hasil survei, tapi orang yang berpendidikan sekalipun ternyata lebih mempertuhankan survei daripada memaknainya sebagai upaya untuk koreksi diri.

Bukankah survei itu hanya memotret kecendrungan perilaku publik pemilih dalam menentukan pilihanya? artinya yang di sasar oleh lembaga survei adalah niat, hasrat, suasana hati dan pikiran seseorang tentang pilihan politiknya.

Padahal suasana hati, hasrat palagi niat seorang manusia itu adalah hal yang ghaib. yang dapat berubah seiring waktu berjalan. metode seperti apapun yang di pakai pasti tidak akan mampu memotret utuh suasana hati dan pikiran seseorang. apalagi di sana ada yang maha ghaib yang mampu membolak balikan hati manusia  sekehendak titahnya. tetap tenang, santai, survei hanyalah survei tak usah berlebihan memaknainya.

Apa yang di lakukan lembaga survei terasa hampir mirip dengan para peramal dan dukun dukun politik di masa lalu. meng utak atik sesuatu yang belum terjadi, meneropong hal hal yang tak kasat mata, mengabarkan sesuatu yang belum di ketahui 100% ke akuratanya.

Soal metode dan cara atau rumus yang di klaim oleh lembaga survei sebagai hal yang rasional dan ilmiah, para dukun dan peramalpun punya metode metode khusus dan cara tertentu dalam melakukan kegiatanya. mungkin tidak rasional dan di luar nalar, tapi sasaranya sama saja,perilaku dan pikiran manusia.

Jika dulu orang bila hendak melakukan sesuatu kegiatan bertanya dulu kepada orang pintar atau dukun tentang tempat, hari yang baik, jam yang baik, kemudian minta jimat atau amalan yang bisa mempengaruhi pikiran orang orang yang di tuju, sekarangpun tetap seperti itu.

Bedanya sekarang para politisi ketika hendak melakukan kampanye atau kegiatan pasti memperhatikan saran dan ulasan lembaga lembaga survei dan konsultan politiknya tentang suasana masyarakat yang di tuju. hari apa yang cocok, jam berapa yang tepat, apa yang harus di sodorkan agar masyarakat antusias dan terpengaruh pikiranya. tetap tenang, santai, survei hanya survei, jangan berlebihan memaknainya.

Ada contoh sederhana.kampung bajing loncat akan melawan club barcelona dalam liga tarkam antar negara.pertandingan tanggal 17 april,tapi tiga minggu sebelum pertandingan,ada orang berpendidikan,mantan pemain bola pula,yang mengeluarkan prediksi (tepatnya ramalan) bahwa kesebelasan kampung bajing loncat pasti di bantai habis oleh club Barcelona.skor 12-0.

Dia ber asumsi,barcelona itu punya suarez dan messi.dua penyerang berbahaya dan terbaik dunia.sementara kampung bajing loncat hanya mengandalkan kang marakara sebagai penyerang,latihan setengah jam,ngobrol sampai magrib.pokoknya nggak level.

Apa gara gara ramalan seperti itu,kang marakara jadi malas latihan? percuma latihan,lawanya messi,si penyerang kelas dunia.atau jadi hilang semangat tandingnya hanya gara gara ramalan yang di sertai data tentang kehebatan barcelona? kalah sebelum bertanding. tetap latihan, santai jangan banyak ngobrol, ramalan itu hanya ramalan, jangan berlebihan memaknainya. hasilnya, tunggu 17 april.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun