Nasrudin Hoja mengelak, tapi mungkin orang tak peduli. Mereka mungkin segera bubar sambil memendam kesal. Hanya karena dibawah lampu yang tak luput oleh cahaya merupakan tempat termudah untuk mencari sesuatu, apakah lantas harus dicari disitu juga?
Jika bukan kisah dari seorang Nasrudin, mungkin orang akan menganggap lelucon itu agak mengesalkan. Tapi sebenarnya Nasrudin Hoja mungkin sedang menasihati. Memberikan ceramah tanpa dalil. Mengajarkan sesuatu tanpa menggurui. Bahwa dalam mencari kesejatian akan sesuatu, kita juga harus mencari di tempat yang benar.
Akhirnya dalam mencari, sering akhirnya mencari tanpa hasil. Sebab ada yang mencarinya di tempat yang keliru. Meskipun seolah itu tempat yang paling baik untuk mencari sesuatu.
Mungkin dalam banyak hal. Mencari ilmu pengetahuan mungkin, andaikan sudah lama mencari tapi tak kunjung ketemu, apakah tempat dan cara mencarinya sudah benar?
Adakah anekdot itu mengusik kita? Bahwa sering sekali dalam memaknai sesuatu, kita sering memandang dengan tidak tepat. Atau dalam menilai sesuatu, sering menyimpulkan dengan tidak utuh?
Kembali saja kepada diri masing-masing. Apakah anekdot ini penting sebagai semacam satire? Atau akan berakhir seperti kebanyakan cerita lain yang sekedar menghibur.
***
Sekian dan terimakasih...