Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Anekdot Nasrudin Hoja dan Hilangnya Sebuah Kunci

31 Juli 2020   05:20 Diperbarui: 31 Juli 2020   05:17 4003 6
Beberapa dari kita akrab sejak kecil dengan kisah-kisah humor dari Abu Nawas (ada yang menyebut Abu Nuwas), juga kisah yang menggelitik dari perjalanan hidup Nasrudin Hoja. Seorang sufi, atau mungkin filsuf, atau apapun orang menyebutnya.

Kisah-kisah Nasrudin Hoja biasanya disampaikan dengan bahasa satirikal. Meskipun jenaka dan lucu, tapi pesan-pesannya mendalam jika direnungkan. Bahkan setelah beliau tiada, bentuk arsitektur makamnya masih mengundang seseorang untuk termangu. Masih mengajak beberapa dari kita untuk kembali memikirkan apakah maksud sebenarnya?

Membaca kembali anekdot Nasrudin Hoja agaknya membuat beberapa dari kita, termasuk saya, seharusnya merasa tersindir. Seorang di Kompasiana mengingatkan kembali akan kisah ini, dan meskipun mungkin usia anekdot ini sudah ratusan tahun, pesan moralnya tetap tak lekang oleh waktu. Malah bisa makin bertambah, seiring dengan pemaknaan beberapa dari kita akan sesuatu.

***

Konon suatu ketika Nasrudin Hoja kehilangan kunci rumahnya. Lalu seperti sewajarnya orang yang kehilangan sesuatu, dia mencari kunci itu. Mungkin dengan heboh dia menelusuri tempat dibawah lampu, sehingga tetangga yang melihat jadi terusik. Akhirnya mereka membantu. Jika lebih banyak yang mencari, mungkin akan lebih cepat ketemu.

Setelah lama mencari, putus asa harapan para tetangga. Tak ada tanda-tanda kunci rumah yang hilang itu. Mungkin tak ada apapun, bahkan sampai-sampai semut juga enggan menampakkan batang hidungnya.

"Sebenarnya kau hilangkan kunci itu dimana?" Mungkin demikian kata seorang tetangga.

"Aku menghilangkan kunci itu di dalam rumah." Jawab Nasrudin Hoja dengan polosnya.

Kecewa, dongkol, marah, merasa dikerjai. Mungkin juga orang-orang mulai mengumpat. "Kalau hilang di dalam rumah kenapa mencarinya disini?"

Wajar jika orang menggerutu, karena telah menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia.

"Aku mencarinya disini, karena disinilah tempat yang terang benderang untuk mencari."

Nasrudin Hoja mengelak, tapi mungkin orang tak peduli. Mereka mungkin segera bubar sambil memendam kesal. Hanya karena dibawah lampu yang tak luput oleh cahaya merupakan tempat termudah untuk mencari sesuatu, apakah lantas harus dicari disitu juga?

Jika bukan kisah dari seorang Nasrudin, mungkin orang akan menganggap lelucon itu agak mengesalkan. Tapi sebenarnya Nasrudin Hoja mungkin sedang menasihati. Memberikan ceramah tanpa dalil. Mengajarkan sesuatu tanpa menggurui. Bahwa dalam mencari kesejatian akan sesuatu, kita juga harus mencari di tempat yang benar.

Akhirnya dalam mencari, sering akhirnya mencari tanpa hasil. Sebab ada yang mencarinya di tempat yang keliru. Meskipun seolah itu tempat yang paling baik untuk mencari sesuatu.

Mungkin dalam banyak hal. Mencari ilmu pengetahuan mungkin, andaikan sudah lama mencari tapi tak kunjung ketemu, apakah tempat dan cara mencarinya sudah benar?

Adakah anekdot itu mengusik kita? Bahwa sering sekali dalam memaknai sesuatu, kita sering memandang dengan tidak tepat. Atau dalam menilai sesuatu, sering menyimpulkan dengan tidak utuh?

Kembali saja kepada diri masing-masing. Apakah anekdot ini penting sebagai semacam satire? Atau akan berakhir seperti kebanyakan cerita lain yang sekedar menghibur.

***

Sekian dan terimakasih...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun