Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pertemuan Adolf Hitler dan Erich Von Manstein

17 April 2020   06:56 Diperbarui: 17 April 2020   07:10 2080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hitler memang selalu mendapat citra buruk dari sekutu. Tapi dari mata jenderal Manstein saya menemukan antitesis. Saya tahu Manstein adalah prajurit yang profesional.bBukan fanatik Nazi. Sering tentunya Manstein tidak setuju dengan pandangan Fuhrer nya sendiri.

Dan saya pribadi lebih suka membaca penilaian atas Hitler dari kacamata jenderalnya sendiri. Terutama angkatan darat Werchmart. Gosipnya, Hitler lebih suka dengan Luftwaffe dan Kriegsmarine, bukan saja karena pucuk pimpinan dua angkatan bersenjata itu adalah orang partai Nazi. Mereka katanya lebih setia.

Saya gak bisa menerjemahkan buku Lost Victories secara utuh. Terlalu sulit. Tapi sedikit saja saya ungkapkan pandangan Manstein yang dikutip PK. Ojong.

"Menurut Manstein, kalau kita membicarakan arti Hitler sebagai panglima tertinggi (supreme commander), kita tidak boleh mencemoohkannya sebagai 'ah, tadinya ia cuma seorang kopral dari Perang Dunia I.' Menurut Manstein, Hitler memang mempunyai bakat militer. Ini tidak perlu mengherankan. Dalam sejarah memang terdapat kaum amatiran yang brilian, cemerlang. Juga di bidang militer. Kalau tidak, tak akan tercantum dalam sejarah militer nama beberapa pangeran dan ningrat lainnya sebagai komandan-komandan yang berhasil."

"Ingatan Hitler tajam mengenai soal teknis dan persenjataan. Pengetahuannya tentang senjata terbaru musuhnya adalah luar biasa. Apa yang kurang dari dia adalah pengalaman. Karena itu ia tidak dapat mempertimbangkan soal waktu dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk suatu operasi. Ia pun tidak bisa mengetahui apakah suatu operasi dimungkinkan atau tidak."

Jalannya debat membantu menjelaskan sudut pandang Hitler dan keputusannya yang seakan terlalu memaksakan diri. Semua jadi ada alasannya.

"Hitler menjawab bahwa ia tidak suka melepaskan secara sukarela suatu wilayah yang telah direbut dengan susah payah, kalau betul-betul tidak ada jalan lain. Sebab itu berarti mengorbankan, menghamburkan jerih payah tentara yang telah merebut wilayah itu."

Menurut Manstein alasan itu masuk akal dan dihargai. Militer mengapresiasi pandangan itu. Bukankah itu logis?

"Hitler lebih jauh mengemukakan argumen bahwa dengan memperpendek front, berarti Rusia akan mendapat tenaga tambahan untuk digunakan pada waktu dan pada front lain yang menentukan."

Alasan satu ini juga masuk akal menurut Manstein. Pendapat yang logis. Tapi Manstein tak sepenuhnya setuju. Sebab Hitler seharusnya mempertimbangkan kondisi tentara Jerman. Baik Jerman maupun Soviet harus memahami kesempatan dan keadaan di lapangan. Jerman saat ini dalam kondisi lemah. Dan Soviet memiliki cadangan tentara yang luar biasa banyak.

Hitler juga memiliki pandangan ekonomi. Dan dalam tulisan yang saya baca, Hitler selalu menganggap jenderalnya tidak tahu menahu masalah ekonomi. Hitler suka meninjau sektor ekonomi dengan seksama. Lalu dengan ingatannya yang kuat, ia bisa menghadirkan angka-angka statistik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun