Mohon tunggu...
Kamalia Purbani
Kamalia Purbani Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Pemerintahan, Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Perempuan

Purnabakti PNS Pemerintah Kota Bandung. Terakhir menjabat Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Pemberdayaan Perempuan, Kepala Kantor Litbang, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Kepala Bappeda, Inspektorat, Staf Ahli Walikota Bidang Teknologi Informasi, Asisten Daerah Pemerintahan dan Kesra

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sulitnya Mengenali Kekerasan Emosi

2 Maret 2023   14:06 Diperbarui: 2 Maret 2023   14:10 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Selama ini dalam sebuah hubungan, baik suami istri dalam rumah tangga, pacaran, persahabatan, pertemanan, bahkan antar anggota keluarga, cukup mudah untuk mengenali adanya kekerasan fisik. Lukanya kasat mata; bisa dibuktikan dengan visum dan rontgen (aabila mengalami luka dalam). Namun apabila yang terjadi adalah kekerasan emosional, sangat sulit dikenali dan dibuktikan.

Kekerasan emosional, menurut berbagai sumber, pada dasarnya merupakan cara untuk mengendalikan orang lain dengan menggunakan emosi untuk mengkritik, mempermalukan, menyalahkan, atau memanipulasi orang lain. Suatu hubungan dapat dikatakan telah terjadi kekerasan emosional, apabila salah satu pihak mengeluarkan kata-kata/kalimat atau perilaku intimidasi mampu melemahkan harga diri seseorang dan merusak kesehatan mentalnya. Bisa jadi kalimatnya halus dan tidak selalu kasar.

Perilaku kekerasan emosi  dapat membahayakan karena kritikan yang terus menerus, intimidatif dan manipulatif akan mampu mengikis harga diri seseorang sehingga dia mulai meragukan nilai dirinya.

Pelaku kekerasan emosi juga umumnya kurang menghargai perasaan dan emosi yang kita miliki. Ketika kita menyampaikan apa yang kita rasakan dan merasa tersinggung serta terluka atas perkataan dan perlakuannya dia selalu menuduh bahwa “kamu gampang baper” atau “perasaanmu terlalu berlebihan”

Semua bentuk kekerasan baik fisik, verbal maupun emosi dapat memberi efek yang sulit dipulihkan. Apalagi kalau seseorang itu mengalami semuanya, baik fisik, verbal maupun emosi. Namun nampaknya, kekerasan emosi, secara mental memiliki dampak yang lebih berat daripada jenis kekerasan lainnya. Bila kita terlanjur merasa memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang rendah, tidak berharga dan tidak berdaya, untuk memulihkannya perlu waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun.

Kita perlu mulai waspada, bila kita sering merasa kurang nyaman berbicara dengan pasangan, sahabat, teman, atau bahkan keluarga. Kita sering merasa kehilangan kepercayaan diri, tidak berharga, tertekan, terancam, tuntutan yang tidak rasional, mengharapkan kamu untuk mengesampingkan semua aktivitas dan kepentingan pribadi hanya untuk memenuhi kebutuhannya,  selalu tidak puas dengan usaha yang telah kita berikan kepadanya, juga berharap untuk selalu setuju dengan pendapatnya, besar kemungkinan kita merupakan korban kekerasan emosional. Segera minta bantuan kepada professional atau seseorang yang dapat kita percaya untuk mendapatkan pertolongan.

Kita berhak untuk diperlakukan dengan baik dan dihargai oleh siapapun, apalagi oleh orang-orang terdekat. Kita perlu mengungkapkan kegelisahan dan ketidaknyamanan yang kita rasakan kepada seseorang yang kita percaya,. Kita harus sehat secara fisik dan mental. Kita berhak untuk bahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun