Mohon tunggu...
De Kalimana
De Kalimana Mohon Tunggu...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ajaran Nabi Muhammad (tidak) Sempurna?

25 Oktober 2017   00:06 Diperbarui: 25 Oktober 2017   01:08 6776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perbedaan pendapat pada tataran teknis tentang pelaksanaan shalat bukanlah menjadi masalah, asalkan tidak menyimpang dari rukun (aturan pokok), seperti keberadaan sikap berdiri, rukuk, sujud, tahyat, dan salam, atau jumlah rakaat pada shalat fardhu.

Maksud perintah Nabi "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku melakukan shalat" adalah untuk memberikan kebebasan berkreasi bagi umatnya dalam memperbanyak amalan shalat sesuai rukunnya (aturan pokok).  Bukan dalam rangka mengatur bagaimana posisi tangan waktu bersedekap, apakah di dada, perut, antara dada dan perut, dan sebagainya.

Demikian juga pada masalah pelaksanaan puasa, dzikir, dan zakat.  Asal tidak menyimpang dari hakekat dan rukunnya, umat nabi Muhammad diberi keleluasaan untuk berijtihad sesuai situasi dan permasalahan lapangan yang selalu berkembang.  Hal itu janganlah dibilang bid'ah.  Karena nabi telah memberi sinyal secara tegas mana yang diperintah dan yang dilarang.

Sesungguhnya ajaran agama Islam itu memang sempurna.   Tetapi apabila dalil-dalil al-Qur'an dan hadis ditafsirkan secara sempit, maka akan hilanglah makna kesempurnaannya.  Pengertian "sempurna" tidak boleh dimaknai sebagai sesuatu yang lengkap, rinci dan tanpa penafsiran.    

Kesempurnaan ajaran Islam justru terletak pada fleksibilitas dalam pengamalan aturan hukumnya yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia dengan segenap nilai-nilai "kebajikan" universal.  Fleksibilitas itu ada pada Ijtihad, sebagai salah satu dari tiga sumber hukum selain al-Qur'an dan hadis. Dasar hukum yang menguatkan ijtihad berasal dari hadis Nabi juga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun