Mohon tunggu...
Amalia Chaerani Mardiana
Amalia Chaerani Mardiana Mohon Tunggu... Menulis menemukan makna dan menipiskan luka

Anak muda yang hobinya santai tapi maunya memberikan dampak untuk sesama. Suka hewan berbulu kecuali Anjing dan Burung. Maunya sih produktif tanpa dibatasi, tapi apalah daya setiap manusia diberikan kebebasan yang terbatas. Dalam artian, bebas dalam lingkup yang sewajarnya saja. Masih jadi Mahasiswi di Universitas Negeri Jakarta, Prodi Ilmu Komunikasi. Lebih jauh tentang saya, ada di @kairanidiana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Katanya Berpendidikan, Kok Gak Beretika?

7 Maret 2025   07:52 Diperbarui: 7 Maret 2025   07:52 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penelusuran Publisher dan Jurnal Melalui Website "Beallist"  (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Minggu ini sebagai mahasiswa akhir, aku mulai mencari-cari jurnal untuk publikasi salah satu artikelku. Dosen pembimbing hanya menyarankan agar jurnal yang dipilih itu berasal dari jurnal internasional tapi terserah untuk indeksnya. Jadi enggak harus yang bereputasi dan memiliki indeks tinggi. Katanya biar "belajar" nulis yang bener dulu. Soalan akreditasi jurnalnya, enggak terlalu dipermasalahkan. Jadilah aku mulai cari-cari jurnal dengan kata kunci prodiku, "communication" tapi ternyata banyak sekali jurnal yang enggak familiar di telinga. Semua nama jurnalnya terlihat mirip-mirip. Sampe akhirnya aku ketemu sama salah satu jurnal yang katanya "open access" tetapi mensyaratkan biaya APC yang menurutku tergolong rendah untuk jurnal internasional, sekitar $30 USD. Aku langsung berpikir, "Okelaah enggak masalah soal itu". Tp aku juga perlu tahu scope dan archive/artikel-artikel sebelumnya. Jadi, aku cek di jurnalnya itu tertulis, "multidisciplinary" dengan mencantumkan hampir semua scope keilmuan. Aku cek ada salah satunya, "Communication engginering". Langsung tiba-tiba mikir, "Maksudnya apa ya? Apa mungkin maksudnya sains komunikasi?". Disini aku enggak cari tahu dan memutuskan untuk langsung lihat archive dari jurnalnya. Disana banyak sekali artikel orang-orang Indonesia, mulai dari yang sarjana, magister, sampai dosen pun ada dari kampus-kampus PTN dan PTS yang cukup terkenal. Aku pikir ini aman karena mereka sudah pasti re-check sebelum submit. 

Selain itu, salah satu hal yang cukup menarik buat aku, penawaran mereka untuk publikasi itu cepet bangeet. Prosesnya tertulis sekitar 2 harian dari submission. Kebetulan aku juga sedang dikejar deadline dan sidang jadi rasanya pas ajaa karena biasanya jurnal itu memakan waktu 12-24 minggu bahkan lebih untuk proses review. Jadilah aku memutuskan untuk submit ke jurnal tersebut. 

Benar saja, 2 hari dari submission, aku menerima email dari editor bahwa artikelku "Accepted". Sungguh menakjubkaan...

Namun, aku memutuskan untuk menarik artikelku. Ini karena selama 2 hari tersebut, aku mulai curiga dan mencari tahu asal muasal jurnal tersebut. Jadi, ada satu hal yang paaaaling bikin kageet bangett ketika aku mencoba menelusuri beberapa artikel terbitan jurnal tersebut, salah satunya artikel yang tidak bisa diakses, khususnya untuk artikel tahun-tahun dari 2018 kebawah. Semuanya cuma stuck di abstrak saja. karena penasaran, aku coba telusuri artikel yang tidak bisa dibuka tersebut di google. Keluarlah beberapa website yang menampilkan judul artikel yang sama. Firasatku, ini sepertinya karena indeks dari jurnal tsb atau mungkin dari penulis yang share ke website lain. 

Hasil Penelusuran Artikel dari Jurnal Terduga
Hasil Penelusuran Artikel dari Jurnal Terduga "Predator" (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tapi pas dibuka isinya bikin aku shock..."GILAAK! INI BENERAN WEBSITE JURNAL?" 

Isinya laman "JUDOL". Aku mau teriak seketika karena bener-bener sekaget itu, "GAK NYANGKA, KOK BISA? 

Aku mau positif, "Oh, mungkin karena ada perbaikan laman jurnal ya? jadi artikelnya enggak bisa terbuka dan mengarah ke laman judol. Tapi yo yang bikin aku maraaaah ini hampir semua artikel yang terbit di volume tersebut dan dibawahnya (terbitan tahun 2018 kebawah), itu semua tidak bisa terbaca dan mengarah ke laman judol. Kalau iya ini jurnal berkualitas, seharusnya mereka bisa bertanggung jawab menangani isu seperti ini. Kalau ada kasus kena hack atau malware, seharusnya pihak jurnal tersebut sudah memiliki database yang baik. 

Lhoo...kok bisa seperti ini sih? Ini jurnal kok ya terkesan "asal-asalan" yaa?... 

Niat hati mau baca referensi justru malah bikin perasaan  was-was enggak karuan. Setelah lihat laman judol ini, aku langsung coba cek ke website Beallist, tempat untuk cek apakah jurnal/publisher terindikasi "predator" atau tidak. Hasilnya mengejutkaaaan sekali...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun