Mohon tunggu...
Kahtan
Kahtan Mohon Tunggu... Penulis Keresahan

Terkadang kita perlu mundur selangkah untuk melompat jauh kedepan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pariwisata Solusi Ekonomi Indonesia yang Sedang Merosot

2 Juni 2025   08:10 Diperbarui: 1 Juni 2025   18:21 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin memperburuk kondisi perekonomian Indonesia. Berdasarkan berbagai sumber informasi dan media massa, tercatat lebih dari 74 ribu orang telah terdampak PHK hanya dalam waktu kurang dari setengah tahun 2025. Angka ini sangat tinggi dan menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Dampaknya makin terasa: daya beli masyarakat menurun, produktivitas pasar turut lesu. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa memicu efek domino yang menakutkan. Negara ini membutuhkan solusi nyata dan kerja sama yang erat antara pemerintah dan para pelaku usaha.

Jika dulu, pada awal 2015, bermunculan perusahaan rintisan (start-up) yang kemudian berkembang pesat selama masa pandemi, maka pada tahun 2024 banyak yang mulai tumbang. Tahun ini, bukan hanya industri start-up yang menjadi penyumbang pengangguran---bahkan pegawai negeri sipil yang selama ini dianggap stabil serta beberapa perusahaan milik negara juga ikut terdampak. Efisiensi anggaran dan kabar bahwa rekrutmen CPNS 2025 kemungkinan besar tidak akan dibuka turut menambah keresahan masyarakat. Dunia industri Indonesia stagnan dan cenderung menurun, sektor agraria tidak ditekuni dengan serius, dan komoditas bahan mentah tidak bisa terus-menerus dijadikan andalan. Pemerintah harus segera mencari jalan keluar.

Kita bisa mencontoh negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (Dubai), yang perlahan-lahan mulai mengurangi ketergantungan mereka pada minyak bumi. Dubai kini menjadi pusat lalu lintas penerbangan global; banyak maskapai menjadikan Bandara Internasional Dubai sebagai tempat transit. Arab Saudi pun tengah gencar mempromosikan proyek NEOM dan Saudi Vision 2030 untuk mengembangkan sektor pariwisata. Mereka menginvestasikan dana besar guna menarik perhatian wisatawan dunia.

Indonesia sejatinya telah dianugerahi Tuhan dengan alam yang memesona, kebudayaan yang beragam, serta kelestarian lingkungan yang luar biasa. Sayangnya, potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah. Jika melihat potensi tersebut, Indonesia seharusnya bisa menjadi kiblat liburan tropis dunia. Bayangkan jika tempat-tempat indah di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, dan Papua ramai dikunjungi wisatawan mancanegara. Wisatawan asing tidak lagi hanya mengenal Bali; nama-nama seperti Raja Ampat, Banda Neira, dan Karimun Jawa pun akan lebih dikenal luas.

Langkah awal yang bisa dilakukan pemerintah adalah membuat regulasi yang tepat dalam pengelolaan destinasi wisata. Sering kali kita melihat kasus pungutan liar dan pemalakan, ditambah akses yang sulit dijangkau. Jika permasalahan ini bisa diatasi, akan lebih mudah bagi siapa pun untuk berkunjung. Dalam sektor wisata kuliner dan budaya, pemerintah dapat melakukan revitalisasi terhadap situs-situs potensial. Pasar tradisional yang kini sepi pengunjung perlu dihidupkan kembali. Penyuluhan kepada masyarakat terkait kerajinan daerah dan peningkatan standar kebersihan dalam penyajian makanan juga penting dilakukan. Kita bisa belajar dari Thailand dan Jepang, dua negara yang terkenal akan kulinernya. Pedagang kaki lima di sana menggunakan sarung tangan dan menjaga kebersihan tempat jualan mereka, sehingga mampu membangun kepercayaan wisatawan asing untuk mencicipi makanan khas lokal.

Gunung-gunung yang melimpah di negeri ini---yang terletak di "ring of fire"---dapat dimanfaatkan sebagai pusat trail run dunia. Tidak perlu langsung mengadakan ajang besar sekelas Ultra-Trail du Mont-Blanc (UTMB). Gunung-gunung Indonesia yang relatif rendah dan aman bisa diposisikan sebagai pusat latihan trail run. Belum lama ini, ajang Rinjani Trail Run diikuti banyak peserta dari mancanegara, menunjukkan daya tarik gunung-gunung Indonesia. Begitu juga dengan pantai dan laut yang terbentang dari Sabang hingga Merauke---semuanya berpotensi menjadi pusat pelatihan surfing sambil menikmati keindahan alam.

Potensi yang bisa dikembangkan dari negeri ini begitu besar. Kekayaan sumber daya alam Indonesia sejatinya bukan hanya minyak bumi, batu bara, atau emas. Justru, keindahan alam adalah aset utama yang dapat menjadi modal besar untuk memajukan pariwisata. Dengan pengelolaan yang tepat, Indonesia bisa menjadi pusat liburan tropis dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun