Mohon tunggu...
Ahmad Kafil Mawaidz
Ahmad Kafil Mawaidz Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu, agar anak pengecut jadi pemberani - Umar bin Khattab

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menukil Syafaat Lewat "Mocopat Syafa'at"

7 April 2018   12:06 Diperbarui: 7 April 2018   12:47 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hawa panas terik membersamai cuaca siang 9 Maret 2018 kala itu. Seusai kondangan dari pasutri baru yang keduanya merupakan teman sewaktu SMA, saya pergi ke tempat ngetem bus arah bojonegoro. Waktu menunjukkan sudah melewati jam satu siang lebih. Sesekali hujan turun, menyirami panas aspal yang mengepul bersama asap knalpot kendaraan umum. 

Bus Dali Jaya menjadi moda trasportasi pertama saya menuju Majelis Masyarakat Maiyah Mocopat Syafa'at kali ini. Perjalanan menuju Mocopat syafa'at kali ini terasa sangat berbeda dari perjalanan saya yang pertama ke majelis tersebut. Pada kesempatan yang pertama, tepatnya 17 Juni tahun lalu saya berangkat menuju Yogya menaiki kereta api dengan keberangkatan dari Mojokerto. Kali ini saya mencoba transpotasi lain, yakni Bus. Disamping cuaca yang masih hujan, saya juga mepertimbangkan waktu istirahat sebelum akhirnya memilih menggunakan bus, daripada bersepeda motor.

Tepat jam tiga sore saya sampai di terminal Bojonegoro. Setelah itu oper bus Gunung Harta menuju terminal Ngawi, dan terakhir oper Bus menuju terminal Giwangan, Yogyakarta. Jadi, total saya menaiki 3 bus untuk sampai di Yogyakarta, ini menambah wawasan saya terkait transportasi dari lamongan menuju Yogya via bus. Saya tiba di Giwangan sekitar pukul 22.00 WIB. Terlambat 2 jam dari jadwal maiyahan Mocopat Syafa'at yang dimulai pukul 20.00 WIB. 

Karena sudah jarang transportasi yang beroperasi untuk menuju wilayah Tamantirta, Bantul, akhirnya saya memilih ojek agar tidak ribet dan cepat sampai menuju lokasi acara. Dah akhirnya saya sampai dilokasi tepat pukul setengah sebelas malam, dengan jama'ah yang sudah memadati ruas jalan sambil menyimak layar lebar proyektor yang disediakan penggiat Mocopat syafa'at di desa jetis disekitaran TKIT Alhamdulillah, Tamantirta, Bantul.

Menjadi berbeda dari perjalanan saya yang pertama, karena waktu itu, kita berangkat sudah janjian bersama enam kawan yang lain yang sudah direncanakan sebelumnya. Kita janjian berangkat bareng, enam kawan saya tadi naik bus karena berangkat sejak pagi hari, saya berangkat sendiri karena harus bekerja terlebih dahulu dan kemudian menyusul nantinya naik kereta api. Kala itu, saya sedikit usil dengan berbohong kepada kawan seperjalanan tidak jadi berangkat, dikarenakan ada sesuatu yang mendadak, padahal saya tetap berangkat. 

Saya pun berniat tidak menghubungi mereka sampai nanti kalau sudah sampai di lokasi acara. Sampai jam 5 sore di stasiun Lempuyangan kala itu. Setelah sholat ashar saya putuskan untuk berjalan menuju jl. Malioboro sekaligus mencari takjil untuk berbuka, kebetulan waktu itu tepat pada bulan Ramadlan, jadi sebagai umat muslim, saya diwajibkan puasa. Meskipun masih buta arah menuju lokasi, saya bertekad untuk mengasah kemandirian serta lebih peka menangkap keajaiban-keajaiban dariNya. Saya selalu percaya, bahwa tuhan selalu menyediakan keajaiban-keajaiban di setiap perjalanan.

Keajaiban atau pinjam bahasa Al-Qur'an Min Haitsu la yahtasib, ddari arah yang tidak disangka-sangka mulai terkuak. Terawal dari berbuka di warung angkringan di sebelah alun-alun Yogya, saya bertemu dengan Mas Majid. Mas Majid ini seorang lelaki paruh baya asli Dukun, Gresik, yang sudah lama berdomisili di Yogyakarta, tepatnya di Bantul. Sekitar delapan tahun Mas Majid merantau di Yogya, sampai akhirnya menemukan tambatan hatinya juga disini. 

Setelah mengobrol kesana kemari dan selesai menikmati sajian angkringan yang cukup lezat, Mas Majid menawarkan diri untuk mengantar saya sampai titik terdekat menuju lokasi. Kebetulan masih satu arah pulang dengan beliau. Dengan sepeda CB nya saya kemudian diantarkan sampai perempatan PT Kimia Farma, karena harus berbeda arah saya memilih untuk turun di situ. 

Saya melanjutkan menyusuri ringroad selatan Yogya dengan langkah demi langkah sampai akhirnya waktu masuk isya', saya sampai di seberang masjid yang cukup bagus, sebuah miniatur masjid Abdur Rahman Saleh Aceh. Karena kaki sudah cukup lelah karena hampir dua kilometer saya ajak melangkah sejak turun di perempatan tadi, saya putuskan istirahat sebentar, sekalian sholat isya'.

Usai cukup istirahat, saya kembali menyebrang jalan untuk melanjutkan perjalanan. Di seberang jalan saya di stop kakek-kakek dan ditanya tujuannya, tanpa pikir lama, kakek ini menyuruh saya untuk menunggu untuk dicarikannya ojek. Tanpa menolak, saya pun mengikuti kemauannya. Hampir 15 menit kakek menawarkan orang untuk mengantarkan saya. Setelah dapat ojek, dan menyepakati tarifnya saya pun bergegas menuju lokasi Mocopat Syafa'at dan berterima kasih kepada kakek yang saya lupa tanya namanya. Menurut saya, ini adalah keajaiban selanjutnya dariNya.

Sampai di lokasi pukul 19.30 WIB, suasana masih cukup sepi, meskipun ada beberapa jama'ah yang sudah menempati lokasi maiyahan. Setelah bertemu keenam kawan yang berangkat terlebih dahulu dari Surabaya. Kita mengikuti dan menyimak maiyahan dengan cukup tenang dan damai. Mocopat Syafa'at kala itu dihadiri oleh ibu Novia kolopaking, Pak Iyas yang merupakan anggota DPR asal Jombang, dan juga Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. Zainul Majdi, atau yang lebih populer disebut Tuan Guru Bajang beserta rombongannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun