Mohon tunggu...
Anim Kafabih
Anim Kafabih Mohon Tunggu... Dosen - Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro

Tempat belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kualitas SDM sebagai Kunci Pengembangan Ekonomi Syariah

30 Maret 2021   13:33 Diperbarui: 30 Maret 2021   13:33 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nabi Muhammad adalah sebaik-baiknya manusia yang dapat dijadikan contoh. Dalam dirinya dikenal empat sifat yang menjadi dasar tiap tindakan yang beliau ambil, yaitu shiddiq (jujur), amanah (terpercaya), tablig (menyampaikan kebenaran), dan fathanah (cerdas). Jika saja tiap manusia memiliki sifat-sifat terpuji tersebut dan mengaplikasikannya dalam tiap perbuatan mereka, maka sudah dapat dipastikan kualitas SDM yang didapat adalah kualitas SDM yang unggul. Namun sayangnya, konsep ini belum begitu disinggung dalam masterplan ekonomi syariah Indonesia 2019-2024.

Peningkatan kualitas SDM dengan mencontoh sifat-sifat nabi memang perlu dimulai sejak dini. Dalam lingkup keluarga misalnya, orang tua berperan penting untuk memberi contoh kepada anaknya, atau guru pada muridnya dalam lingkup pendidikan formal. Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk membangun sifat-sifat terpuji yang diajarkan Nabi Muhammad ini. 

Sebagai gambaran, sifat shiddiq (jujur) jika digambarkan dalam index persepsi korupsi, Indonesia masih berada di peringkat ke 87 dengan skor 40 dari 100 per tahun 2019. Dalam hal sifat amanah (terpercaya), Global preference survei (2018) melaporkan bahwa Indonesia menempati peringkat 15 dalam hal kepercayaan (trust), masih perlu peningkatan lagi jika ingin meningkatkan kualitas SDM Indonesia.

Untuk tablig, seseorang dalam hal menyampaikan kebenaran  (tablig) harus dilandasi dengan ilmu, dan ilmu salah satunya bisa didapat dengan membaca. Sayangnya, tingkat literasi Indonesia menurut UNESCO berada pada posisi ke 60 dari 61 negara di dunia sehingga tingkat literasi Indonesia tergolong sangat rendah. 

Sedangkan sifat fathanah (cerdas) dapat digambarkan dengan kemampuan memecahkan masalah (problem-solving) yang mana menurut PISA (2018), skor matematika Indonesia sangat rendah sehingga berada di peringkat 72 dari 78 negara. Meskipun sekali lagi data-data tersebut jelas kurang menggambarkan sifat-sifat nabi yang melekat dalam masyarakat karena masih menggunakan proxy, namun data diatas dapat merefleksikan sedikit gambaran tentang kualitas SDM di Indonesia yang masih perlu pembenahan.

Pada akhirnya, Sifat-sifat Nabi Muhammad merupakan ukuran kualitas sumber daya manusia yang harus dibenahi terlebih dahulu termasuk juga proses pemantauannya dengan menggunakan metode-metode penelitian yang ilmiah dan teruji sehingga dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap upaya pengembangan ekonomi syariah Indonesia. Jujur, amanah, dan menyampaikan kebenaran menjadi dasar perilaku, sedangkan cerdas dijadikan sebagai motivasi untuk terus belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun