Pagi itu berjalan seperti biasanya. Aku masuk kelas, membuka buku, dan memulai pelajaran sesuai jadwal. Ketika bel istirahat pertama berbunyi, aku bersenandung pelan sambil menghampiri bangku sahabatku. Seperti biasa, kami berempat bergegas ke kantin untuk membeli jajanan.
Sesampainya di kantin, kami berpencar mencari makanan kesukaan masing-masing. Setelah tangan kami penuh dengan jajanan, kami duduk bersama  di salah satu bangku panjang di sudut kantin. Obrolan kami pun dimulai dari tentang guru yang galak, soal ujian yang akan datang, dan tentu saja sampai tentang gebetan.
Di tengah tawa kami, pandanganku tiba-tiba tertarik pada seseorang. Dia orang yang diam-diam kusukai, baru saja masuk ke kantin bersama teman-temannya. Tanpa sadar, mataku terus mengikuti gerak-geriknya. Rasanya seperti waktu berhenti.
"Eh, kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" sahabatku menyenggolku, menyadarkanku dari lamunan.
Kami pun kembali ke kelas sebelum bel masuk berbunyi. Tapi dalam hati, aku masih belum puas menatapnya. Ingin rasanya waktu berhenti lebih lama lagi.
Ketika pelajaran akan dimulai kembali, ketua kelas mengumumkan kabar menggembirakan guru pelajaran berikutnya berhalangan hadir. Itu artinya jam kosong, seisi kelas langsung bersorak dan suasana di kelas menjadi gaduh.Â
Di bagian belakang kelas, anak anak laki-laki melempar bola kecil sambil tertawa lepas. Di bagian depan kelas, para gadis bergosip dan bereksperimen dengan makeup. Sedangkan aku, duduk sendiri di bangku bagian depan dengan pintu kelasku yang terbuka, mataku tertuju ke arah pintu kelasnya. Jantungku berdegup kencang setiap kali bayangan bergerak di balik  kaca pintu itu. Tapi pintu itu tak pernah terbuka.
Bel istirahat kedua berbunyi . Aku dan sahabatku kembali ke kantin tapi kali ini kami hanya membeli makanan ringan lalu segera keluar. Saat sudah berada di luar, sahabatku tiba-tiba menyadari bahwa uang kembaliannya belum diambil. Dia masuk kembali ke kantin, dan aku menunggunya di depan pintu, sambil menatap lapangan basket yang dipenuhi siswa laki-laki yang sedang bermain.
Lalu, entah dari mana, dia orang yang kusukai muncul dan berjalan ke arahku.
Dengan langkah tenang, wajahnya yang tampan dengan ekspresi biasa saja. Tapi aku ? Jantungku berpacu liar, tubuhku mendadak kaku. Rasanya seperti tubuhku tidak lagi bisa digerakkan. Sebelum aku sadar sepenuhnya, dia sudah berdiri di depanku.