Mohon tunggu...
Eka Nurcahyani
Eka Nurcahyani Mohon Tunggu... Freelancer - Pemikiran tidaklah sama, tapi marilah kita sama-sama berpikir.

Menulis adalah salah satu cara untuk tetap ada meski tiada. Menyuarakan yag tidak bisa dikatakan. Mengenang dan membuat perubahan dari yang lalu, saat ini dan untuk masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rokok yang Asapnya Dinistakan, Cukainya Kalian Rindukan

19 September 2019   21:16 Diperbarui: 20 September 2019   09:04 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.cendananews.com

Saya bukan pecandu rokok, bahkan membenci para penghisapnya yang ngebul serampangan. Tapi ketika saya mengamati para buruh rokok dan petani tembakau (sebut saja kawulo alit) saya jadi berpikir ulang. 

Ya.. merokok itu salah bahaya bagi kesehatan, tapi memutus rantai perokokan tanah air dengan menekan produksi sekecil-kecilnya, betulkah cara demikian? Setahu saya merokok itu perilaku yang terjadi karena habit yang terpelihara dari waktu ke waktu. Pavlov saja membutuhkan waktu untuk berhasil melakukan classic conditioning.

Sedikit gambaran, saya ceritakan proses di kalangan bawah. Proses menanam rokok hingga menjualnya, butuh proses yang panjang juga melibatkan pekerja lepas yang tak terbilang. Mulai dari lahan. Lahan petani kecil tak seberapa luasnya, itupun lahan sewaan. 

Ha dihargai 2 jutaan untuk sekali masa tanam. Untuk memudahkan kita memahami mereka, anggaplah seorang petani memiliki lahan 1 Ha dengan harga sewa 8 juta sekali masa tanam. Per 1 Ha membutuhkan pekerja 40 orang. Orang-orang tersebut pulalah yang bertugas merawat tembakau mulai dari baby hingga siap jual.

Lahan yang ada kemudian digemburkan dengan di pacul atau traktor, dibuat guludan, ditonjo (menanam benih). Lanjut memasuki umur 3 hari, ngerabuk (menabur pupuk tanaman). Jika di pertanian padi, kita terbiasa melihat pria-pria perkasa ngerabuk, di dunia pertembakauan lebih banyak wanita-wanita perkasa yang melakukannya.

Proses selanjunya ipok (menutupi akar tembakau yang kelihatan akarnya). Berlanjut ke matun (menyiangi rumput). Umur 20 hari ngerabuk lagi. Pengairan tembakau cukup jarang, jadi tembakau sangat bagus jika ditanam di musim kemarau seperti sekarang. Karena tembakau merupakan jenis tanaman yang kurang menyukai air, maka proses selanjutnya adalah lencek (mendalamkan galian air di sekitar guludan).

Masuk ke umur 30 hari, mulai motes (membuang pucuk tanaman tembakau). Dilanjut dengan ngeprol (menghentikan pertembuhan pucuk tembakau dengan obat tertentu). 

Tembakau yang berkualitas, akan dipanen di umur 60-65 hari. Pepananenannya perlahan, pemetikan pertama 2 helai paling bawah. 3 hari kemudian 3-4 helai. Terus.. sampai pucuknya habis.

Daun-daun tembakau yang sudah dipetik harus diimbu (mirip diungkep) 2 malam, baru bisa dirajang. Beberapa kawulo alit masih menggunakan gobet (alat manual untuk merajang). 

Hal ini membuat prosesnya menjadi lebih lama dan menambah pekerja. Tembakau yang sudah dirajang, akan dieler (ditata di widek -- sejenis anyaman bambu yang lebar). Dijemur diterik matahari 2 hari, dengan setiap jam 12 siang membalik tembakau eleran tersebut. Malam harinya ngayem (masa tenang tembakau agar tembakau tidak lengket). Proses akhir adalah di bal. 1 bal berisi 60 widek. 

Dari sekompleks pemrosesan tersebut, buruh tembakau dibayar sekenanya. Wanita 30ribu/hari, lelaki 35ribu/hari. Bayarnya harian? Tidak juga. Hanya untuk proses awal pembenihan saja yang dibayar harian, selebihnya dibayar mingguan. Adapun untuk proses ngerajang, dibayar borongan. Setiap 1 kuwintal dibayar  60 ribu, itupun harus dibagi 10 orang.

Yang ingin saya tekankan adalah, biaya petani sang tangan pertama tidak sedikit, tak sedikit pula buruh tembakau berpenghasilan rendah. Meski demikian dari situlah kehidupan mereka berlangsung. 

Jika cukai tahun depan dinaikkan tanpa subsidi ke kawulo alit, apa yang terjadi pada mereka? Untuk setiap 3 bulan, haruskah mereka tak berpenghasilan dan mengandalkan apa yang sempat kalian janjikan, uang tunjangan untuk para pengangguran? Andai saja ada, andai saja masih kebagian. yang dibawah selalu menjadi bagian  yang terlupakan dan seringkali tidak dapat jatah.

 Jikapun boleh memilih, saya sangat yakin, para kawulo alit pun akan lebih memilih menghasilkan uang dari usaha mereka sendiri, dibandingkan kalian suapi dengan makanan jadi, uang yang dijanjikan.  

Yang Terhormat bapak-ibu pemerintah, sampean-sampean ini harus tahu, jadi kawulo alit itu berat, kalian tak akan kuat. Jadi mohon jangan ditambah beban mereka dengan peraturan-peraturan dan persoalan-persoalan yang mencekik bahkan mengada-ada. 

Cari solusi yang sama-sama menguntungkan saja. Mereka yang hanya pembeli, sang penikmat bisa mengganti dengan yang lain, vapoor misalkan. Tapi para kawulo alit yang menggantungkan kehidupan dari satu penghasilan, mereka bisa apa?

Mencari solusi, tolong jangan dengan cara mematikan ekonomi. Ada yang sakit karena rokok, tapi banyak pula yang sehat karena rokok. Karena apa, karena cukainya kalian gunakan untuk membiaya hutang BPJS Kesehatan. 

Lupakah September tahun lalu PP penggunaan cukai rokok untuk menambal defisit BPJS Kesehatan yang defisit Rp10 triliunan di tanda tangani? Rokok.. yang asapnya dinistakan, cukainya kalian rindukan.

Entah sekadar menikmati senja di ladang tembakau, atau menyruput kopi tubruk sembari mengisap rokok "tengwe" (ngelinteng dewe)... mari baik-baik berdiskusi. Barangkali berkenan datang kemari berbincang dengan kawulo alit, para petani dan buruh tembakau untuk mencari solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun