Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Serasa Deja Vu, Pandemi Mempertemukanku Lagi dengan Seni Kliping

26 November 2020   22:56 Diperbarui: 28 November 2020   08:34 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memotong Materi Kliping dari Lembaran Koran | @kaekaha

Sayang Koran!

Berawal dari rengekan anak-anak yang minta kamar tidur private alias sendiri-sendiri, terutama ketika si sulung dan adiknya nomor dua libur mondok dan harus pulang ke rumah, juga "omelan" istri saya yang selalu meminta agar tumpukan "koleksi" koran saya yang sudah menginvasi dua ruangan yang sebenarnya jatah kamar mereka agar segera dieksekusi.

Menjadikan masa work from home saya di saat pandemi Covid-19 saat ini wajib berkutat dan berjibaku untuk menyelamatkan "harta karun" berupa tumpukan koran yang sudah saya kumpulkan sejak lima belas tahun silam tersebut.

Saya lebih memilih opsi  menyelamatkan "harta karun" tersebut daripada opsi satunya lagi yang sebenarnya lebih simpel dan populis di mata para ibu-ibu, termasuk istri saya, yaitu menjualnya ke tukang loak langganan.

Sejak mengetahui saya mempunyai tumpukan koran "segunung", hampir tiap hari tukang loak merayu istri saya agar koran-koran tersebut dijual kepada dia dan dia berjanji akan memberikan harga paling mahal, bahkan si tukang loak memberi garansi ganti rugi beberapa kali lipat dari selisih jika ada tukang loak lain yang mau memberi harga lebih mahal darinya. Nah lho!

Sebagian Koran dalam Tahapan Pemilahan| @kaekaha
Sebagian Koran dalam Tahapan Pemilahan| @kaekaha

Seperti yang pernah saya kisahkan dalam artikel berjudul "Inilah Makhluk Paling Sexy di Dunia!", koran merupakan makhluk paling sexy di dunia, tentunya versi saya yang seorang "koranmania" dan sexy-nya istri saya harus di kesampingkan dulu untuk sementara ya...he...he...he! 

Bagi saya, sexy-nya koran sebagai sumber hiburan sekaligus referensi informasi, tidak akan pernah tergantikan apalagi sekadar lekang oleh waktu. 

Loh sekarang kan sudah zaman internet, Mbah Gugel setiap saat bisa mengeluarkan ribuan bahkan jutaan data yang identik dengan data yang kita cari dengan kata kunci tertentu, hanya sekali klik dalam hitungan detik, kenapa masih mengkliping berita koran?

Koleksi Kliping Digital Berisi Tulisan Saya | @kaekaha
Koleksi Kliping Digital Berisi Tulisan Saya | @kaekaha

Semua yang ada di dalam koran merupakan referensi berita aktual pada saat terbit dan menjadi dokumentasi sejarah mulai keesokan harinya

Sedangkan untuk berita online, siapa yang akan menjamin ketersediannya pasti dan selalu ada!? Kalaupun ada, siapa yang menjamin eksistensinya sampai waktu yang tidak tertentu, ketika kita memerlukannya?

Karena kemungkinan untuk dihapus atau unpublish oleh situs penyedia sangat besar, mungkin karena sudah dianggap tidak relevan dan hanya memenuhi kapasitas data ruang server atau mungkin karena sebab-sebab yang lainnya. Kalau pun toh tetap ingin kliping digital, bisa juga tuh mengkliping koran e-paper.

Itulah sebabnya, di masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan kita lebih banyak beraktviitas dari rumah, apalagi ketika Kota 1000 sungai, Banjarmasin nan Bungas sampai beberapa jilid memberlakukan PSBB.

Saya dengan dibantu oleh anak-anak, lebih memilih menyelamatkan tumpukan "dokumen sejarah" tersebut daripada melegonya ke tukang loak langganan isteri saya, ketika kebutuhan ruang di rumah semakin aktual seiring semakin besarnya anak-anak.

Kliping Cerita Rakyat Banjar Si Palui Terbitan Sejak Awal Tahun 2000-an | @kaekaha
Kliping Cerita Rakyat Banjar Si Palui Terbitan Sejak Awal Tahun 2000-an | @kaekaha
Seni Kliping Koran

Mengkliping koran atau saya lebih suka menyebut sebagai seni mengkliping koran, karena bagi saya mengkliping koran layaknya proses berkesenian yang memerlukan sentuhan emosi dan estetika untuk bisa membangun karakter dan juga identitas pada hasil atau output karya kliping.

Adanya faktor emosi dan estetika yang bersifat personal pada karya kluping inilah yang membedakannya dengan berita online, sekaligus menjadi salah satu yang membuat saya masih tetap telaten untuk mengkliping artikel dari koran sampai saat ini!

Entah melalui desain layout-nya, rasa bahan medianya, mungkin teknik pemotongan obyek kliping-nya atau bahkan teknik melipat obyek kliping ketika obyek kliping jauh lebih besar dari medianya yang biasanya kertas HVS ukuran kwarto atau folio, sehingga karya kliping kelak tidak hanya sekadar menjadi sumber informasi (sejarah) saja, tapi bisa lebih luas lagi menjadi referensi bermanfaat untuk lintas materi yang sangat menarik.

Saya mengenal seni kliping relatif berbarengan dengan momentum saya menemukan keseksian koran! Alhamdulillah saya ingat betul momen tersebut, yaitu kelas 4 (empat) SD saat diminta untuk membuat kliping oleh ibu guru, dengan tema gambar-gambar olahraga. 

Saya masih ingat, saat itu kiliping saya didominasi oleh pose garangnya si leher beton Mike Tyson, Martina Navaratilova, si Jelita Stefi Graff dan kompatriotnya sesama Jerman Boris Becker, Diego Maradona, Michel Platini, Rully Nere, Herry Kiswanto, Ellyas Pical, Icuk Sugiarto dll.

Saat itu, harga kertas HVS untuk menempel guntingan "klip" itu seharga Rp 100,- / 6 lembarnya. Hayo kira-kira tahun berapa ya? 

Jadi, jika sekarang di saat pandemi, saya harus kembali berkutat dengan seni kliping, rasanya seperti Deja Vu dan saya sangat menikmatinya! 

Sedangkan untuk anak-anak, tentu menjadi momentum yang tepat untuk mengenalkan kepada mereka perihal seluk beluk seni kliping, berikut ragam fungsi dan manfaatnya, sekaligus mengajak mereka bersinergi mewujudkan mimpi mereka mempunyai kamar pribadi dengan berperan aktif dalam "mega proyek" mengeksekusi tumpukan koran menjadi bahan kliping yang lebih bermanfaat.

Menyeleksi Obyek Bahan Kliping | @kaekaha
Menyeleksi Obyek Bahan Kliping | @kaekaha

Tahapan Seni Kliping

Seni mengkliping menurut saya merupakan proses berliterasi secara aktif yang tentunya  sangat bagus diperkenalkan kepada anak-anak sejak dini. 

Aktivitas mengkliping koran atau apa saja, jelas akan mengarahkan anak-anak untuk gemar membaca, karena untuk menyeleksi obyek bahan kliping mereka setidaknya harus membaca satu-persatu judul berita. 

Selain itu, seni membuat kliping juga akan melatih anak-anak untuk bertanggung jawab, teliti, kreatif dan mengembangkan naluri berestetika

Untuk menyelesaikan "mega proyek" ini, kami harus berbagi tugas dan peran secara bergantian biar tidah jenuh dan membosankan. 

Tugas pertama adalah menyortir koran, yaitu proses screening besar yang akan memisahkan koran kosong dan koran isi. 

Koran kosong artinya, dalam lembaran koran tersebut tidak ada berita atau artikel yang masuk kriteria untuk dikliping, sedangkan pengertian koran isi merupakan kebalikan dari koran kosong.

Kartun Komik Koleksi Saya yang Belum Ditempel | @kaekaha
Kartun Komik Koleksi Saya yang Belum Ditempel | @kaekaha

Biasanya kategori koran isi yang masuk dalam seni kliping saya adalah karikatur dan serial komik, serta artikel atau berita dengan tematik humaniora, alam dan lingkungan, sosial, seni, budaya dan pariwisata.

Selanjutnya, untuk tugas kedua adalah klasifikator, yang bertugas melakukan pengklasifikasian atau kodifikasi artikel sesuai dengan tematik, sehingga koran isi yang telah disortir akan dipilah-pilah dan diletakkan sesuai dengan klasifikasi temanya.

Berikutnya, tugas ketiga adalah pemotong obyek kliping. Untuk tugas ini, sudah memerlukan kemampuan analisa estetis dan ketelitian, di mana yang bertugas harus bisa menentukan lebar frame yang pas dari masing-masing obyek artikel yang akan dipotong, sekaligus tidak boleh "kelewatan" memberi label hari dan tanggal terbit artikel yang baru dipotong. 

Proses Layout Sekaligus Menempel | @kaekaha
Proses Layout Sekaligus Menempel | @kaekaha
Untuk tugas terakhir atau tugas keempat adalah layouter sekaligus sebagai tukang tempel (namanya tempeler? he...he...he...) yang biasanya menjadi tugas saya, karena tugas ini menurut anak-anak saya agak berat, karena selain harus punya insting estetis untuk menentukan orientasi kertas harus landscape atau portrait, hasil akhirnya harus sesuai dengan "selera saya". 

Nah untuk kriteria yang terakhir ini yang repot kata anak-anak...he...he...he...

Semoga Bermanfaat !

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Baca Juga:

  1. Menikmati Passion ala Manusia Api dari Banjarmasin yang Menginspirasi
  2. Kronik Nostalgia Anak-anak Kereta: Kereta Api dan Ragam Budaya yang Dibentuknya    
  3. Saat Ampar-ampar Pisang dan Paris Barantai Menghentak Opening Ceremony Asian Games 2018    

SemarKuTiga Community.dok
SemarKuTiga Community.dok

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun