Meski perekonomiannya lebih ditopang oleh sektor jasa dan industri, bukan berarti aktivitas bertani benar-benar lenyap dari ibu kota. Hal ini tecermin dari sumbangsih sektor pertanian yang mencapai 0,09 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta pada 2015.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dari 1.983,42 triliun pendapatan (PDRB) yang tercipta dari seluruh aktivitas ekonomi sepanjang tahun 2015 di Ibu Kota, sekitar 1,87 triliun di antaranya disumbang oleh sektor pertanian, yang mencakup subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan jasa pertanian.
Secara lebih rinci, potret sektor pertanian di ibu kota disajikan oleh hasil Sensus Pertanian yang dilaksanakan BPS pada 2013 atau disingkat ST-2013.
Hasil ST-2013 menyebutkan, jumlah rumah tangga usaha pertanian (petani) di ibu kota mencapai 12.287 rumah tangga.
Mereka disebut petani karena melakukan kegiatan pertanian dengan motif usaha atau sebagai sumber penghidupan, bukan hanya sekedar hobi atau sekedar kesenangan belaka.
Aktivitas pertanian yang banyak dilakukan oleh petani di ibu kota adalah budidaya tanaman hortikultura (sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman obat), peternakan, dan perikanan.
Mudah diduga, kawasan pertanian yang berbasis lahan (tanaman bahan makanan, peternakan, dan budidaya ikan air tawar) di Ibu Kota terkonsentrasi di daerah pinggiran yang berbatasan langsung dengan provinsi lain, yakni Banten dan Jawa Barat.
Sementara, perikanan tangkap dan budidaya ikan air laut terkonsentrasi di wilayah pesisir utara Jakarta dan Kepulauan Seribu.
Urban Farming dan Agro Wisata
Di tengah pesatnya laju pembangunan, serta terus meningkatnya kebutuhan lahan untuk infrastruktur, pemukiman, dan berbagai kegiatan ekonomi di sektor jasa dan industri, sektor pertanian di Ibu Kota kian terdesak. Ini adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari.