Hai, teman-teman pembaca.
Saya memulai artikel di Kompasiana dengan topik kebudayaan Batak Simalungun. Suku bangsa ini mendiami wilayah di provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun. Berdasarkan tinjauan topografi, wilayah Simalungun berbatasan langsung dengan wilayah Batak Toba dan Batak Karo.
Marga-Marga dari Batak Simalungun adalah Damanik, Saragih, Sinaga dan Purba. Sistem kekerabatannya ialah patrilineal. Ini menandakan bahwa laki-laki atau ayah yang meneruskan nama marganya. Lalu bagaimana dengan sistem kebudayaan yang berkembang di Batak Simalungun? Yuk, kita baca!
Pakaian Tradisional Simalungun
Pria: Gotong, Rudang Hapias, Rattei Gotong, Saitni Begu, Dormani, Golang, Pisou Suhul Sibirong, Ponding, Suri-suri Sibirong, Ragi Panei dan Masuk.
Wanita: Bulang, Sutting, Rattei Buah Ban Ban, Suri-Suri, Hassing, Bajut, Ponding, Ragi Panei
Rumah Tradisional Simalungun
Balei Bolon adalah salah satu rumah tradisional yang berada di kawasan Rumah Bolon Pematang Purba. Dahulunya Batei Bolon merupakan tempat untuk mengadakan musyawarah atau peradilan. Berbentuk rumah panggung dengan kayu-kayu yang disusun tanpa menggunakan paku dan hanya menggunakan tali pengikat.
Makanan Tradisional Simalungun
Dayok Na Binatur adalah makanan tradisional yang paling sering digunakan dalam acara adat dan ritus kehidupan. Secara harfiah Dayok artinya ayam dan Nabinatur artinya 'yang diatur'.Â
Jadi secara sederhana, Dayok Na Binatur berarti ayam yang dimasak dan disajikan secara teratur sejak pemotongan bagian tubuh ayam sampai kepada penghidangannya.
Secara filosofis, Dayok Na Binatur merupakan simbol doa, harapan, dan berkat wujud terima kasih serta rasa syukur. Diharapkan setiap yang menerima Dayok Na Binatur menemukan dan mengalami keteraturan dalam hidup.
Orang Simalungun patut berbangga, karena Dayok Nabinatur telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada tanggal 27 Oktober 2016.
Peralatan Tradisional Simalungun
Singgung adalah salah satu alat tradisional Simalungun yang dipakai di dapur, terbuat dari bambu dan berfungsi untuk menghantarkan udara yang dihembuskan ke arah bara api yang ada di tataring (tungku) hingga api pembakaran hidup.Â
Di beberapa kampung Simalungun, penggunaan Tataring, Singgung dan peralatan tradisional lainnya menjadi bagian dari kehidupan. Ada suatu makna terdalam bahwa leluhur Orang Simalungun belajar hidup selaras dengan alam.
Aksara Simalungun
Pustaha Laklak merupakan kitab kulit kayu yang berisi manuskrip kuno tentang tradisi masa lalu. Pustaha Laklak merefleksikan peradaban suku bangsa Batak yang mengandung nilai tradisional, sastra klasik dan ilmu pengetahuan seperti astrologi, astronomi serta ramuan obat tradisional.
Pustaha Laklak adalah benda bersurat. Bentuknya seperti akordeon yang dituliskan di kulit kayu alim/gaharu dan raut bambu. Penulisan naskah Pustaha Laklak menggunakan Aksara Simalungun yang disebut Aksara Surat Sisapuluhsiah.
Seni Ukir Simalungun
Pinar adalah sebutan bagi seni ukir Simalungun. Mempunyai 53 jenis motif dengan konsep dan filosofi masing-masing. Contoh: Pinar gatip-gatip menggambarkan pesan agar kiranya perlu kehati-hatian dalam menjalankan hidup. Dahulu seni ukir dilakukan dengan metode pahat dan dalam perkembangannya menjadi seni lukis.
Musik Tradisional Simalungun
Takjulnang merupakan formasi lengkap musik tradisional Simalungun yang biasanya dimainkan dalam prosesi adat seperti Pernikahan dan Kematian. Ada pun dipopulerkan sebagai media hiburan musik semata.
Kain Tenun Simalungun
Partonun Hiou. Hiou ialah sebutan untuk kain tenun khas Simalungun. Dahulu digunakan sebagai penghangat tubuh dan dalam berbagai ritus kehidupan seperti kelahiran, pernikahan hingga kematian.
Permainan Tradisional Simalungun
Galapang adalah permainan lomba balapan dan adu cepat antara satu dengan yang lain. Alat balapan dibuat dari bambu sebagai setir tempat roda serta potongan kayu sebagai rodanya. Seumpama sedang mengemudikan mobil, demikianlah pemainnya berusaha menjadi yang tercepat dan menjadi pemenang.
Tari Tradisional Simalungun
Tortor Sombah 120. Kata "Tor-tor" berasal dari suara entakan kaki penarinya dengan iringan gonrang yang juga berirama mengentak. Ada tiga bagian dalam tor-tor yaitu gerakan yang melambangkan rasa takut dan taat kepada Tuhan, rasa hormat kepada orang-orang hidup yang dihormati dan kepada khalayak ramai.
Tortor Sombah merupakan tarian Simalungun yang berfungsi untuk menyambut Raja dan para tamu kehormatan. Tortor Sombah 120 adalah gerakan satu penari pada bagian depan dengan menghadap ke langit sebagai simbol dari penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Prosesi Pernikahan Simalungun
Tobus Huning. Salah satu tahapan adat dalam proses pernikahan Simalungun ialah marpadan dan Pajabu Parsahapan. Pada saat itulah dilakukan prosesi Tobus Huning, yaitu waktu khusus bagi calon mempelai perempuan untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada orangtua terutama ibu (inang) atas segala pengajaran, merawat dan membesarkan, menyekolahkan hingga dewasa dan sampai kepada menetapkan pendamping hidup.
Sambil berkata-kata secara langsung ataupun dipandu oleh "tatang atur", calon mempelai perempuan perlahan mengusap-usap bagian leher ibunya dengan kunyit. Prosesi Tobus Huning diikuti dengan rasa haru, tangisan syukur dan kesedihan karena akan berpisah dengan orangtua.
Seni Bela Diri Simalungun
Dihar adalah seni bela diri dari Simalungun yang berguna untuk membela diri kala tersesat. Jenis gerakan Dihar terbagi dalam beberapa jurus yakni Sitarlak, Natar, Horbou Sihalung, Rimau Putih, Balang Sahua dan lain-lain.
Mandihar adalah gambaran bertarung dihar di arena gelanggang dan tor-tor dihar adalah memperagakan gerakan dihar seperti pukulan demi pukulan jarak jauh dalam lakon tarian.
Terimakasih telah membaca artikel perdana saya.
Silahkan membaca artikel saya selanjutnya dengan mengklik profil saya.
Christian Novendy Agave
Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta