Mohon tunggu...
ARES REVA
ARES REVA Mohon Tunggu... Administrasi - Bookish

Hi, visit me ya di Ceritaaresreva.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dorong Kredit UMKM di Sektor Industri Rotan

3 Agustus 2019   23:00 Diperbarui: 3 Agustus 2019   23:29 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Mesin Rotan Dari Milik Penulis

Laju perubahan membawa fakta bahwa setiap tahunnya merupakan revolusioner. Oleh karena itu, mengikuti modernitas semestinya harus berpikiran revolusioner. Mungkin, setiap tahun bahan baku dan energi akan habis, tetapi pengetahuan justru tumbuh mengukuti perubahan.

Peluang ini yang dimanfaatkan kami untuk menggunakan rotan bukan hanya sebagai bahan mentah, menjadikan sebuah gaya fashionable di daerah kami. Peluang usaha tas rotan yang saya ambil dari gaya tas rotan bali, menjadikan saya dan ayah saya ingin berkreasi membentuk sulaman di tas rotan dengan rangkaian kata yang cantik dan menggugah selera pasar para modernitas.

Manifestasi Kebijakan Makroprudensial Terhadap Risiko Sistematik Di Sektor UMKM

Bagaimana bila produksi kami meningkat, pendanaan mendadak terhambat karena keinginan kami menggunakan dana lebih besar?

Bila menilik mengenai asal mula uang yang bernilai, dapat disimpulkan bahwa selama puluhan tahun atau berabad-abad jaringan makna mengenai sebuah kepercayaan itu akan pudar dan sebuah jaringan makna baru akan menggantikannya. Apa yang tampak bagi orang pada suatu masa yang dianggap penting, menjadi tak berarti sama seSikkali bagi keturunannya. Misalnya saja sitem barter yang dahulu begitu gencar diberlakukan, tetapi semakin berpindah tahun, sistem barter justru tidak memiliki nilai apa pun.

Setelah memahami uang berasal dari imajinasi, maka relavan bila menganggap bila kita semudah itu uang memiliki nilai dengan mengandalkan kepercayaan yang terus menyebar dan menjadi tolok ukur keberhasilan satu negara, semudah itu juga uang mampu menimbulkan risiko sistemik. Risiko sistemik kemudian membawa instabilitas sistem keuangan yang mana keuangan memasuki tahap tidak stabil pada saat sistem tersebut telah membahayakan dan menghambat kegiatan ekonomi.

Melansir dari laman bank Indonesia, perekonomian Indonesia 2018 tetap kuat di tengah ketidakpastian global yang meningkat. Namun, melihat dari siklus keuangan Indonesia di tahun 2008, bank sentral justru mengambil risiko berlebih dengan menurunkan suku bungan sejalan dengan inflasi yang rendah hanya untuk mendapatkan imbal hasil yang tinggi.

Hal ini justru mengakibatkan krisis ekonomi di tahun 2008. Pada tahun 2014, siklus keuangan Indonesia mengalami fase keterlambatan dikarenakan oleh menurunnya laju pertumbuhan kredit sebagai salah satu indikator utama pembiayaan perekonomian domestik.

Hal ini dibuktikan dengan data statistik mengenai ekspor di industry rotan, bahwa di tahun 2015, rotan mengalami penurunan cukup signifikan daripada tahun 2014. Berikut ini merupakan tabel industri non migas yang berkaitan dengan rotan dari data tahun 2012 hingga 2018:

Foto dilansir dari data BPS 
Foto dilansir dari data BPS 
Foto dilansir dari data BPS 
Foto dilansir dari data BPS 

Lantas dengan memperhatikan risiko tersebut, Bank Indonesia mengelola siklus keuangan dengan menggunakan kebijakan makroprudensial. Kerangka kebijakan makroprudensial difokuskan pada upaya untuk mendorong terpeliharanya stabilitas sistem keuangan yang diwujudkan melalui 4 (empat) hal, yaitu:

  • risiko sistemik yang teridentifikasi sejak dini dan termitigasi,
  • financial imbalances yang minimal sehingga mendukung fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas;
  • sistem keuangan yang efisien; dan
  • akses keuangan dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun