Mohon tunggu...
Juwanda Prayuda
Juwanda Prayuda Mohon Tunggu... Teacher, Content Writings, Public Speaker, Tutor Education

Begitu banyak hal yang terjadi....Seperti hari kemarin yang terhampiri dan hari esok yang masih misteri.... Semua berlalu dalam waktu yang sudah ada dan sudah tentu menggambarkan perjalanan dan sebuah tujuan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Menepi di Ujung Doa

11 April 2025   19:30 Diperbarui: 12 April 2025   04:00 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Cerpen "Menepi di Ujung Doa" 

Mereka belum sampai di pelaminan. Tapi kini mereka melangkah, searah, dua langkah yang perlahan tapi pasti.

"Sebab cinta sejati adalah dua hati yang memilih untuk tetap berjalan,
meski lambat, asal tidak berbalik arah".

Waktu terus berjalan. Arga akhirnya menyelesaikan kuliahnya dengan nilai yang memuaskan. Ia mulai bekerja tetap, menyusun rencana ke depan seperti ia menyusun puzzle hidup—satu demi satu, dengan sabar. Najwa tetap dalam langkahnya: tenang, konsisten, dan semakin mantap dengan pilihan hidupnya.

Hari-hari mereka diwarnai obrolan ringan yang kadang dalam, kadang hanya candaan. Tapi selalu ada arah. Mereka tahu apa yang mereka perjuangkan. Meskipun dunia luar kadang bertanya, "Kapan resmi?"—mereka memilih diam yang dewasa. Sebab, tak semua hal harus dijawab dengan kata. Beberapa cukup dengan sikap.

Suatu hari, di sebuah sore yang tenang, Arga mengajak Najwa ke sebuah masjid kecil di lereng bukit. Masjid itu sederhana, tapi angin yang berhembus dan langit yang membiru menjadikan tempat itu terasa istimewa.

Mereka duduk di beranda masjid, berjarak tapi dekat dalam rasa.

“Aku ingin kita sujud bersama di tempat ini suatu hari nanti,” kata Arga pelan, tapi tegas.

Najwa menatap langit. Matanya berkaca. “Kapan?”

“Segera,” jawab Arga. “Aku sudah bicara dengan orang tuaku. Setelah ini, aku akan datang ke rumahmu. Membawa niat, membawa keyakinan, membawa aku yang mungkin belum sempurna, tapi ingin tumbuh bersama.”

Najwa menutup matanya sejenak. Seakan menahan detak yang berlari terlalu cepat.

“Aku tunggu,” jawabnya. “Dengan hati yang tetap berdoa, seperti selama ini.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun