Mohon tunggu...
Jusak
Jusak Mohon Tunggu... Konsultan - Pelatih Hukum Ketenagakerjaan Pro Bono dan Direktur Operasional di Lembaga Pendidikan

Memberi pelatihan kasus-kasus ketenagakerjaan berdasarkan putusan hakim, teamwork, kepemimpinan. Dalam linkedin, Jusak.Soehardja memberikan konsultasi tanpa bayar bagi HRD maupun karyawan yang mencari solusi sengketa ketenagakerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menghadapi Manajemen yang Sudah Menentukan Nasib Karyawannya, Bisakah Menghindar?

12 Maret 2023   06:29 Diperbarui: 13 Maret 2023   20:47 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada kalanya nasib buruk menimpa Anda seperti tragedi di film-film, dan itu bukan buatan Anda sendiri. Seperti ketika Anda tiba-tiba disingkirkan oleh perusahaan, itu bukan salah Anda.

Bekerja di kawasan Bogor memang menyenangkan dibandingkan di kawasan padat industri. Udaranya segar dan lalu lintas tidak terlalu pada seperti di kota besar. Bekerja di tempat seperti itu, apalagi dengan atasan yang baik hati pada karyawan selalu menjadi favorit. Karena itu sebut saja Wati bekerja hampir 13 tahun, dengan segenap hati, tanpa hitung-hitungan. Dari masih amat muda sampai sudah mempunyai suami dan anak, Wati setia bekerja di bagian admin personalia.

Air tenang jangan dianggap tak berbuaya. 

Manajemen yang baik hati jangan sampai dianggap selamanya membela karyawan. Hari itu di bulan Februari 2018, atasan Wati tiba-tiba memanggilnya dan memberinya surat mutasi, dari Bogor ke Bekasi. Tanpa sebelumnya menanyakan kesediaan atau keberatan Wati, manajemen memberitahu bahwa Wati harus segera bekerja di Bekasi. Harus? 

Badai Tidak Berlalu, Haruskah Dihadapi?

Manajemen tak pernah memberitahukan kemungkinan ini sebelumnya. Asas terbuka, bebas, obyektif dan adil seperti amanat pasal 32 UU Ketenagakerjaan tak diterapkan dalam keadaan ini. Wati terkejut dan tidak pernah terpikir bahkan terbayang sebelumnya untuk bekerja di Bekasi, menempuh 4 jam dari rumah sampai ke tempat kerja. Wati harus hadapi badai ini.

Minggu depannya Wati pergi juga dengan segala badai kesulitannya. Ia melapor ke orang-orang yang tepat di kantor Bekasi dan sekaligus menyatakan keberatan. Bahkan begitu mendapat surat mutasi, Wati sudah mengirim surat ke direktur operasional. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Semua kesulitan Wati tidak ditanggapi dengan baik, badai tetap tak berlalu.

Tugas Utama Kita Semua Adalah Mendengarkan, Bukan Berbicara

Beberapa hari kemudian Wati memutuskan untuk menghadap ke disnaker Bogor dalam mengadukan permasalahannya. Mediator mendengarkan dengan baik dan memanggil perwakilan perusahaan juga. Seperti semua perusahaan, perwakilannya dengan tegas menyatakan bahwa tindakan mutasi adalah hak perusahaan. Tidak ada yang salah dengan keputusan mutasi. Semua itu hak istimewa perusahaan, karyawan harus menerima.

Memang bukan Wati saja, tapi juga semua karyawan yang menerima mutasi seperti itu tidak dapat melawan tindakan sepihak ini. Perusahaan selalu menang dan karyawan selalu kalah bila melakukan perundingan bipartit. Untungnya saat mediator tampil dalam perundingan tripartit, mediator mendengarkan dengan baik. Mediator membela Wati, namun ada satu hal yang keliru.

Di Sebuah Proses Yang Panjang, Setiap Manusia Bisa Lelah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun