Sementara Venesha Prescilla kalau di dua pertiga film agak manjanya ini sebangun dengan Milea dalam Dilan 1990.  tetapi kalau saya saksikan total dia tampak luar biasa memerankan Cream di sepertiga terakhir film, keluar dari  karakter Milea yang cukup kuat menanamkan kesan di benak penonton film Indonesaia.
Agresivitasanya memikat Arman dengan merebut minuman anggurnya di pesta reuni SMA Mamo menjadikan karakter Cream kuat dan dijelaskan sekali lagi di akhir cerita.
Aku tidak terlalu terkesan pada sejumlah karakter lain biasa saja. Tokoh Arman laki-laki baik-baik dan banyak juga ditemukan dalam film drama. Kalau Aldi dan Momo cenderung komikal dan bumbu saja, tetapi juga kunci. Begitu juga dengan Yandi atau Sekar sahabat pasangan K dan Cream tidak terlalu tergarap.
Yang jadi mencuri perhatian berikutnya adalah Davina Karamoy jadi Vero tunangan Armand, seorang fotografer urakan, punya sisi maskulin, garang dan sebetulnya independen.Â
Tidak terlalu banyak adegannya tetapi Vero juga menjadi corong kalimat-kalimatnya soal cinta, menuding K sebagai lelaki idiot, dia koreksi sendiri menunjukkan keteguhannya dan memang membuatnya tidak cocok mendampingi Arman yang hanya butuh perempuan yang mencintainya (menurut kesan saya harus baik-baik saja alias manut dan perhatian pada dia).
Film ini juga menyelipkan pesan lingkungan di antaranya Cream yang suka pada anjing dan mengunjungi tempat penampungan hewan terlantar yang saya tahu sebagai jurnalis lingkungan itu memang ada lembaganya.
Dari segi moralitas, cara  para tokohnya merusak hubungan Arman-Vero juga menjadi pertanyaan apakah bisa dibenarkan? Sekalipun kalau untuk cerita itu kuat sebagai perjuangan cinta.Â
Secara keseluruhan plot cerita, serta berapa narasi kritis seperti soal musik dan kehidupan dan beberapa akting pemainnya menjadi "Tak Ingin Usai di Sini" menurut saya cukup menjadi film yang tidak akan usai setelah menonton bioskop.
Irvan Sjafari
Sumber Foto: