Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tak Ingin Usai di Sini, Kisah Pengorbanan Cinta Tak Biasa

29 Mei 2025   00:38 Diperbarui: 29 Mei 2025   09:45 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Tak Ingin Usai di Sini - Sumber  Foto: https://www.liputan6.com/showbiz/read/5977335

Dia meminta Cream mencari laki-laki mapan dan baik hati ketika Cream menanyakan permintaannya.  Berkat bantuan Momo, Cream berkenalan dengan Arman, seorang dokter gigi yang merupakan anak dari pemilik 10 klinik gigi.

Padahal Arman sudah punya tunangan namun Cream bisa memikatnya. Jadilah mereka menikah dan K menjadi pengantar pengantin perempuan ke altar menjadi mempelai Arman yang juga takjub atas Cream yang dianggap beda dari perempuan lain.

"More Than Blue "juga menceritakan pria mapan itu juga dokter gigi dan punya tunangan dan putus akhirnya memilih Cream untuk ke jenjang pernikahan dan K mengantarkannya ke altar, sama dengan "Tak Ingin Usai di Sini".

Jadi ceritanya sampai  Arman berkorban perasaannya agar Cream bahagia dan meneruskan hidup dan dia bisa meninggal dengan tenang. Ini mengingatkan saya pada  tokoh Jack dalam film "Titanic" 1997, bekorban begitu saja demi Rose. 

Kalau begitu,  "Tak Ingin Usai di Sini" (mungkin juga "More Than Blue") jadi cerita sinetron dan cukup sekitar satu jam cerita.  Jadilah Arman hero. Tak perlu banjir air mata, cukup membungkuk hormat pada tokoh itu sebagai penonton.

Namun kekuatannya justru pada sepertiga terakhir film ini yang mengungkapkan siapa yang berkorban sebenarnya. Entah dalam Than Blue seperti apa penggambaran endingnya.  Namun yang pasti saya baru menitikan air mata dengan adanya  sepertiga terakhir film ini.

Memang lebih kalau penonton tidak pernah menyaksikan versi Koreanya, tidak akan bisa menebak bagaimana endingnya. Sepertiga terahir film ini kalau bagi saya jurnalis adalah cover both sides atau dua sisi, kalau dua pertiga dari sisi K, maka bagian terakhir bagaimana peran Cream dari sisi dirinya. 

Bagi saya tokoh Cream dalam "Tak Ingin Usai" di Sini independent, ingin menentukan pilihan hidupnya dan tidak mau didikte oleh ketentuan masyarakat (patriaki sebetulnya)  bahwa carilah laki-laki yang mapan tempat berlindung. Kalau saya jadi penonton, maka ganti saya membungkuk hormat (ala Korea) pada Cream setelah film ini usai. 

Apakah versi Korea aslinya juga begitu? Tokoh Cream-nya nggak mau patuh untuk life goes on. Saya juga ingin nonton ulang film iut. tetapi memang masyarakat Korea kuat patriakinya dan beberapa film melawan hal itu. 

Penasaran? Silahkan tonton dan buat penilaian juga.

Oke, dari segi departemen kasting, Bryan Domani luar biasa total sepanjang film, seorang introvert, menyembunyikan rasa sakitnya agar tidak menyakiti Cream, cenderung lembut,  tidak "laki bandel" seperti  peran Bryan dalam berapa filmnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun