Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Crossboy di Indonesia 1950-an, Pengaruh Film atau Kurangnya Wadah Remaja?

4 April 2024   15:17 Diperbarui: 4 April 2024   15:29 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klipping berita Crossboy 1957: Foto: Irvan Sjafari

Pengaruh Film atau Ketiadaan Wadah Berekspresi

Kenakalan remaja menjadi lebih serius pada paruh kedua 1950-an dengan  identitas crossboys. Saya menduga  pengaruh film Hollywood seperti A Rebel Without A Cause (1955) yang dibintangi James Dean diduga menjadi salah satu pemicunya.   Pada 1957 pemerintah melalui aparat kepolisian dan militer akhirnya menindak kelompok ini

Tindakan ini terjadi bersamaan ketika situasi politik nasional kian memanas dan meningkatnya perasaan anti Barat dan yang dianggap berbau Barat. Rupanya keberadaan para cowboy atau crossboy rupanya dianggap sebagai efek negatif dari budaya Barat. Sejumlah perilaku para crossboy ini dinilai tidak bisa lagi ditolelir.

Pertengahan Oktober 1957 Polisi Bandung giat melakukan penangkapan terhadap crossboy terutama yang bergabung dengan geng bernama Tiger Mambo dan Jaket Merah. Paling tidak dua anggota Tiger Mambo masuk tahanan.

Menurut Pikiran Rakjat, 22 Oktober 1957 Kepala Reskrim Keresidenan Priangan Raden Imam Supojo mengatakan penangkapan dilakukan karena anak-anak itu melakukan keonaran. Mereka yeng berusia belasan tahun itu meniru-niru apa yang ada dalam film.

Pada 28 Oktober 1957 sebanyak 9 orang crossboy dari Jakarta laki-laki dan perempuan ditangkap ketika naik sepeda motor di Jalan Stasiun Bandung. Kemudian mereka digiring ke kantor polisi Bandung  seperti dikutip dari Pikiran Rakjat 29 Oktober 1957

Nah, saya menemukan tulisan Wirawan Respati di Majalah Aneka pada 1957 yang juga menduga kemunculan crossboy karena pengaruh film.  Agak susah menemukan siapa dia, namun dia sering menulis tentang teater di majalah yang sama dan menduga dia adalah tokoh teater dan budayawan.

Hanya saja dia mencontohkan film bertajuk  A Life in The Balance (1955). Kalau saya lacak film itu berkisah film thriller detektif pembunuhan berantai dengan sasaran perempuan muda, yang ditemukan terikat tangannya di belakang.   Rupanya menurut Wirawan ada seorang pemuda di Bogor mendapat inspirasi dari film itu untuk membunuh pacarnya.

Crossboy berhubungan dengan masalah paedagogi terkait remaja.  Wirawan menduga para pemuda kekurangan kesibukan yang bisa menyalurkan energi muda mereka. Organisasi pemuda masa itu lebih banyak diorganisasi partai politik  dan masih banyak pemuda yang menganggur. Crossboy adalah cara mereka menyalurkan ekspresi dan energi muda.

Wirawan Respati

Artikel yang ditulis Wirawan Respati  berjudul Crossboys: Di Antara Masalah Paedagogi dan Film dimuat dalam Aneka Nomor 24 tertanggal 20 Oktober 1957 menjadi perwakilan bagi budayawan masa itu  melihat fenomena crossboy. Berikut tulisannya yang sudah melalui pengeditan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun